Saturday, April 3, 2010

penyakit tidur yang mematikan

Penyakit Tidur yang
Mematikan
Irna Gustia : detikHealth
detikcom - London,
Penyakit tidur (Sleeping
sickness) atau African
trypanosomiasis bukan
masalah ngantuk biasa.
Penyakit tidur ini
disebabkan oleh gigitan
lalat Tsetse dengan
parasit yang menyerang
sistem saraf pusat dan
bisa berujung pada
kematian.
Penderita yang terserang
lalat ini akan merasakan
ngantuk yang amat
sangat di siang hari, tapi
mengalami insomnia di
malam hari. Tidur menjadi
tak terkendali jika
penyakitnya semakin
memburuk yang akhirnya
menyebabkan koma.
Penderita juga sering
cedera akibat jatuh
karena tertidur tiba-tiba
saat mengemudi atau
melakukan kegiatan lain
dan kerusakan progresif
terhadap sistem saraf pun
mulai terjadi.
Sekitar 50.000-70.000 orang
tewas karena penyakit
tidur ini. Lalat Tsetse
telah menyebabkan
penyakit serius di Afrika.
Orang-orang yang pernah
melancong ke Afrika
rawan terkena infeksi ini.
Seperti dilansir
medlineplus.gov, Kamis
(1/4/2010), ketika
seseorang terinfeksi
gigitan lalat Tsetse akan
terasa sakit dan
menyebabkan bengkak
merah di tempat gigitan.
Infeksi ini kemudian
menyebar ke darah yang
membuat demam, sakit
kepala, berkeringat dan
pembengkakan kelenjar
getah bening.
Jika infeksi sudah
menyebar ke sistem saraf
pusat, menyebabkan
gejala khas mengantuk
yang berlebihan. Ketika
mencapai otak, penderita
akan mengalami
perubahan perilaku
seperti rasa takut dan
tidak punya mood, sakit
kepala, demam, lemah
dan bisa terjadi
peradangan jantung.
Pemeriksaan di
laboratorium biasanya
menunjukkan tanda-tanda
meningoencephalitis
(radang otak). Tanpa
pengobatan, kematian
dapat terjadi dalam waktu
6 bulan.
Suntikan pentamidin
hanya bisa membantu
sedikit melindungi gagal
jantung. Pengendalian
terhadap serangga ini
adalah dengan mencegah
penyebaran penyakit tidur
di daerah berisiko tinggi.
Seperti dikutip BBCNews,
ilmuwan dari Inggris dan
Kanada menemukan obat
yang bisa menyerang
enzim parasit tersebut
yang diharapkan bisa
mempertahankan hidup
seseorang. Obat ini sudah
siap di uji klinis
(percobaan pada
manusia) dalam 18 bulan
ke depan. Temuan ini
telah dilaporkan dalam
jurnal Nature akhir Maret
2010.
"Ini adalah temuan paling
signifikan yang dibuat
dalam beberapa tahun
terakhir dalam hal
penemuan dan
pengembangan obat
untuk penyakit yang
sering diabaikan ini," kata
Profesor Paul Wyatt,
direktur program
penelitian ini.
Penyakit ini memang sulit
didiagnosa karena mirip
dengan malaria. Tapi jika
tidak diobati akan
membuat kerusakan di
tulang belakang dan otak
yang bisa berujung pada
gangguan mental atau
kematian.

No comments:

Lorjuk Madura: Kerang Kecil dengan Cita Rasa Besar

Di tengah keanekaragaman kuliner Indonesia, Lorjuk menonjol sebagai hidangan laut khas Madura yang memiliki cita rasa unik dan tekstur yang ...