Showing posts with label Histori. Show all posts
Showing posts with label Histori. Show all posts

Monday, October 16, 2023

Kepulauan Banda Naira: Sejarah, Komoditi, Budaya, dan Perjuangan Pahlawan Indonesia



Kepulauan Banda Naira, terletak di Provinsi Maluku, Indonesia, adalah destinasi yang memikat dengan sejarah yang kaya, kekayaan alam yang luar biasa, dan kehidupan budaya yang beragam. Kepulauan ini juga menjadi saksi dari perjuangan pahlawan-pahlawan Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Artikel ini akan membahas sejarah, komoditi, budaya, dan kisah perjuangan para pahlawan seperti Bung Hatta dan Syahrir di Kepulauan Banda Naira.

Sejarah Kepulauan Banda Naira:

Kepulauan Banda Naira memiliki sejarah panjang yang melibatkan kolonialisme dan perdagangan rempah-rempah. Pada abad ke-17, kepulauan ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dunia, terutama pala dan cengkih, yang sangat dicari oleh bangsa Eropa, terutama Belanda dan Inggris. Perebutan sengit antara kedua negara ini mengakibatkan penghancuran dan pertumpahan darah yang besar. Kepulauan ini akhirnya jatuh ke tangan Belanda.

Pada abad ke-17, Belanda menjajah kepulauan ini dan mendirikan monopoli rempah-rempah yang dikenal sebagai VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau Perusahaan Hindia Timur Bersatu). Ini menyebabkan eksploitasi yang berat terhadap penduduk asli Banda, dan sejarah panjang perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Salah satu episode paling terkenal adalah perjanjian antara Belanda dan Inggris pada 1621, di mana Inggris memperoleh Pulau Manhattan (yang sekarang menjadi pusat Kota New York) sebagai bagian dari pertukaran wilayah dengan Belanda, termasuk kepulauan ini.

Komoditi di Kepulauan Banda Naira:

1. Pala: Kepulauan Banda Naira masih dikenal sebagai penghasil pala terbaik di dunia. Pala adalah rempah-rempah yang sangat berharga dan telah menjadi komoditas utama yang mendukung ekonomi kepulauan ini.

2. Cengkih: Selain pala, cengkih juga tumbuh subur di sini. Cengkih adalah bunga yang kering yang digunakan sebagai rempah dalam berbagai masakan dan produk herbal.

3. Pisang: Kepulauan ini juga dikenal karena keberagaman buah-buahan tropis, termasuk berbagai jenis pisang.

Suku dan Budaya:

Di Kepulauan Banda Naira, terdapat beragam suku dan budaya. Suku asli di kepulauan ini adalah suku Banda. Mereka memiliki budaya yang kaya dengan tarian, musik, dan upacara tradisional. Selain itu, berbagai kelompok etnis lain, seperti suku Ambon dan suku Jawa, juga tinggal di pulau ini. Ini menciptakan keragaman budaya yang menarik yang tercermin dalam seni, musik, dan kuliner lokal.

Kisah Perjuangan Pahlawan Indonesia:

Kepulauan Banda Naira juga memiliki hubungan erat dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satu pahlawan nasional Indonesia yang terkenal, yaitu Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir, memiliki ikatan kuat dengan kepulauan ini. Keduanya diasingkan oleh Belanda ke Kepulauan Banda Naira selama periode kolonial. Mereka menghadapi masa sulit selama pengasingan ini, tetapi juga melanjutkan perjuangan mereka untuk kemerdekaan Indonesia.

Bung Hatta, yang kemudian menjadi wakil presiden pertama Indonesia, dan Sutan Syahrir, yang menjadi perdana menteri pertama Indonesia, adalah figur penting dalam pergerakan kemerdekaan. Mereka terus mendorong dan mengilhami perjuangan rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.

Rumah Pengasingan Bung Hatta

Rumah Pengasingan Bung Syahrir 

Di Kepulauan Banda Naira, terdapat monumen dan museum yang mengenang perjuangan kedua pahlawan ini selama masa pengasingan mereka. Tempat-tempat ini menjadi saksi bisu dari tekad dan semangat mereka dalam mencapai kemerdekaan Indonesia.

Kepulauan Banda Naira adalah tempat yang memadukan sejarah yang kaya, kekayaan alam, budaya yang beragam, dan kisah perjuangan pahlawan nasional. Pengunjung yang datang ke sini dapat menjelajahi warisan yang berharga dan merasakan keindahan alamnya sambil menghargai perjuangan masa lalu. Semua elemen ini membuat Kepulauan Banda Naira menjadi destinasi yang istimewa di Indonesia.

Jangan Melupakan Sejarah yah guys 

Saturday, September 9, 2023

Manfaat Tanaman Jahe Buat Kesehatan

Jahe adalah tanaman yang telah digunakan oleh manusia selama ribuan tahun, jadi tidak ada catatan pasti tentang kapan jahe pertama kali ditemukan. Tanaman jahe berasal dari Asia Tenggara, tetapi telah menyebar ke seluruh dunia sebagai bumbu, obat tradisional, dan rempah-rempah. Jahe telah digunakan dalam berbagai budaya untuk tujuan kuliner dan pengobatan selama ribuan tahun.

Sejarah tertulis pertama yang mencatat penggunaan jahe dapat ditemukan dalam catatan-catatan kuno Tiongkok, India, dan Mesir. Jahe digunakan sebagai obat tradisional untuk berbagai kondisi kesehatan, termasuk masalah pencernaan, peradangan, dan gangguan pernapasan.

Karena jahe telah digunakan selama berabad-abad dan telah menyebar ke seluruh dunia, sulit untuk menentukan tahun pasti penemuan jahe. Namun, yang pasti adalah bahwa jahe telah menjadi bagian penting dari sejarah manusia dan terus digunakan hingga saat ini karena manfaatnya yang beragam.

Jahe, dengan nama ilmiah Zingiber officinale, bukan hanya bumbu dapur yang digunakan untuk memberi rasa pedas dan aroma khas pada masakan. Tanaman jahe juga memiliki sejumlah manfaat luar biasa bagi kesehatan manusia. 

Tanaman Jahe 

1. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

Jahe mengandung senyawa-senyawa antioksidan, seperti gingerol, yang dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Senyawa ini memiliki sifat antiinflamasi dan antimikroba yang dapat membantu melawan infeksi dan peradangan dalam tubuh. Mengonsumsi jahe secara teratur dapat membantu melindungi tubuh dari berbagai penyakit.

2. Meredakan Masalah Pencernaan

Jahe telah lama digunakan sebagai obat tradisional untuk meredakan masalah pencernaan. Jahe dapat membantu mengurangi mual, muntah, dan perut kembung. Senyawa-senyawa dalam jahe merangsang produksi enzim pencernaan, membantu melancarkan peredaran darah ke saluran pencernaan, dan mengurangi peradangan dalam sistem pencernaan.

3. Mengurangi Risiko Penyakit Jantung

Penelitian telah menunjukkan bahwa konsumsi jahe secara teratur dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung. Jahe dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah, serta mengurangi peradangan dalam pembuluh darah. Ini membuat jahe menjadi pilihan yang baik untuk menjaga kesehatan jantung Anda.

Dalam kesimpulan, jahe bukan hanya bumbu dapur biasa. Tanaman ini memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa, termasuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meredakan masalah pencernaan, dan mengurangi risiko penyakit jantung. Untuk mendapatkan manfaatnya, Anda dapat mengonsumsi jahe dalam bentuk teh jahe, tambahkan dalam masakan, atau bahkan mengonsumsinya dalam bentuk suplemen.


Salam Sehat 

Tuesday, August 29, 2023

Logo Atau Tanda Kursi Roda

Sering melihat tanda atau logo ditempat tempat umum semisal di Bandara, Stasiun atau Hotel dan Rumah Sakit tapi apakah kalian tahu sejarah nya? Yuk disimak biar paham.



Logo Atau Tanda kursi roda di atas adalah simbol universal yang menggambarkan aksesibilitas bagi mereka yang memiliki keterbatasan mobilitas. Meskipun saat ini tanda ini diakui dan dimengerti oleh hampir semua orang di dunia, sejarahnya berawal dari perjuangan panjang menuju pengakuan dan penerimaan masyarakat terhadap orang-orang dengan kebutuhan khusus. Artikel ini akan membahas jejak asal usul tanda kursi roda, dari titik awalnya hingga evolusinya menjadi simbol yang dikenal luas sampai saat ini.

Awal Mula Kekurangan Mobilitas

Sebelum tanda kursi roda ada, masyarakat kuno mungkin memiliki pemahaman yang terbatas tentang kebutuhan individu dengan kekurangan mobilitas. Orang-orang dengan cacat fisik sering kali diabaikan atau diisolasi dari komunitas mereka karena keterbatasan mereka. Namun, seiring perkembangan peradaban, pemahaman tentang inklusi dan perhatian terhadap individu dengan kebutuhan khusus pun mulai bertumbuh.

Penemuan Kursi Roda

Salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan untuk mobilitas individu dengan kebutuhan khusus adalah penemuan kursi roda. Meskipun tidak ada tanggal pasti mengenai penemuan ini, catatan sejarah menunjukkan bahwa kursi roda pertama kali digunakan pada zaman kuno. Bangsa Mesir kuno, misalnya, diyakini telah menggunakan perangkat yang mirip dengan kursi roda untuk membantu orang sakit atau lansia bergerak lebih mudah.

Perubahan Sosial dan Kesadaran Aksesibilitas

Pada abad-abad berikutnya, terutama selama abad ke-19, terjadi perubahan sosial yang signifikan dalam pandangan masyarakat terhadap individu dengan kekurangan mobilitas. Pada saat inilah muncul kesadaran akan perlunya aksesibilitas bagi semua individu, tanpa memandang keterbatasan fisik. Institusi pendidikan khusus mulai muncul, dan upaya untuk memperbaiki kualitas hidup mereka yang menghadapi hambatan mobilitas pun ditingkatkan.

Simbolisasi Tanda Kursi Roda

Pada tahun 1948, perjalanan tanda kursi roda menuju pengakuan internasional dimulai. Sebuah organisasi yang kemudian menjadi "International Organization for Standardization" (ISO) mulai mendorong penggunaan simbol yang dapat dikenali secara universal untuk menandai fasilitas yang ramah bagi individu dengan kebutuhan khusus. Desain kursi roda dengan latar belakang biru dan putih yang kontras akhirnya dipilih sebagai simbol resmi untuk aksesibilitas.

Pengakuan Global dan Penggunaan Luas

Tanda kursi roda dengan latar belakang biru dan putih segera mendapatkan pengakuan internasional dan diadopsi oleh berbagai negara di seluruh dunia. Simbol ini menjadi ikon yang merangkul aksesibilitas dan inklusi, tidak hanya dalam hal fasilitas fisik seperti pintu masuk ramah kursi roda, tetapi juga dalam pemikiran kolektif tentang perlunya menghapus hambatan-hambatan sosial dan budaya yang dihadapi oleh individu dengan kebutuhan khusus.

Kesimpulan

Perjalanan tanda kursi roda dari awalnya sebagai simbol fisik untuk mobilitas individu dengan kekurangan mobilitas hingga menjadi simbol universal untuk aksesibilitas dan inklusi mencerminkan perubahan besar dalam pandangan masyarakat terhadap orang dengan kebutuhan khusus. Tanda ini mengingatkan kita akan pentingnya menciptakan lingkungan yang ramah bagi semua individu, tanpa memandang kondisi fisik mereka.



Friday, August 14, 2020

SEJARAH PLAT NOMOR KENDARAAN DI INDONESIA

SEJARAH PLAT NOMOR KENDARAAN DI INDONESIA

Sejarah Plat nomor di Indonesia tak bisa dilepaskan dari sejarah kedatangan bangsa Inggris di Indonesia.

Tepatnya di tahun 1810, Inggris membawa 15.600 bala tentara dengan menaiki 60 kapal dari daerah koloninya di India yang didatangkan langsung ke Batavia untuk merebut Jawa dari tangan Belanda.

Sejumlah pasukan tersebut terbagi menjadi 26 batalion yang dinamai A-Z.

Saat Inggris menduduki Batavia mereka membuat aturan mengenai kendaraan di jalan raya. Inggris kemudian memberi tanda huruf B untuk kereta kuda agar mudah dikenali. Mengapa huruf B? karena wilayah Batavia direbut oleh pasukan batalion B. Penomorannya sama seperti penomoran kendaraan sekarang di mana huruf B di depan diikuti dengan angka.

Setelah Batavia, wilayah yang selanjutnya diduduki pasukan Inggris ini adalah Banten yang dilakukan oleh pasukan batalion A. Kemudian di sana mereka juga menandai wilayah tersebut dengan kode A. Wilayah selanjutnya yang direbut adalah Surabaya (batalion L) dan Madura (batalion M) pada tanggal 27 Agustus 1811. Wilayah lainnya juga berhasil direbut oleh masing-masing batalion sesuai dengan huruf wilayah plat nomor kendaraan pada jaman sekarang.

Sedangkan Batalion G bergerak menuju Pekalongan sebagai daerah termaju di pantura Jawa Tengah bagian barat,melucuti senjata tentara Belanda dan hingga saat ini penggunaan plat G adalah merujuk pada Batalion G Pasukan Inggris yang mengambil alih kekuasaan di Pekalongan dan sekitarnya.

Hingga akhirnya keseluruhan pulau Jawa dapat

jatuh ke tangan Inggris pada tanggal 18 September 1811

Di beberapa daerah seperti Magelang (AA), Yogyakarta (AB) dan Solo (AD) memiliki dua abjad. Mengapa begitu? Pada saat itu Kesultanan Mataram berdiri sendiri dan belum menjadi wilayah Belanda. Namun pada akhirnya, Kesultanan Mataram menyerah dan bergabung bersama Inggris. Sehingga, di beberapa daerah yang telah disebutkan dibekali batalion A dan batalion B untuk menjaga area Yogyakarta (diberi kode AB). Adapun di area Magelang hanya disediakan batalion A saja sehingga diberi kode AA. Hal serupa juga ditemui di beberapa daerah lainnya.

Setelah Inggris menduduki Jawa, Sir Thomas Stamford Raffles akhirnya membentuk wilayah administratif atau Karesidenan sesuai kode batalion yang disebutkan sebelumnya. Bahkan, saat Belanda kembali ke Indonesia di tahun 1816, sistem ini masih terus diterapkan hingga ke beberapa daerah di luar pulau Jawa seperti halnya Sumatera Selatan, Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku. Kini wilayah Karesidenan tersebut lebih dikenal sebagai Ibu Kota maupun Kabupaten.

Plat nomor kendaraan di berbagai wilayah di Indonesia dibedakan sesuai karesidenan yang dahulunya diputuskan oleh Inggris

Namun perlu menjadi catatan bahwasannya kode C, I, J, O, Q, U, V, W, X, Y dan Z tidak diaplikasikan. Pasalnya batalion dengan kode-kode tersebut hanya menjadi pasukan Back-Up saja atau Reserve Unit kala itu. Khusus kode W dan Z memiliki sisi historisnya sendiri yang kini ternyata diaplikasikan tanpa mengadopsi sistem batalion tersebut. Ya, kode wilayah W untuk Sidoarjo, dahulu masih satu kesatuan dengan Surabaya berkode L. Namun semenjak tahun 2000, Polres Gresik dan Sidoarjo  menetapkan kodefikasi sendiri menggunakan huruf W. Sedangkan Surabaya masih menerapkan kode L di bawah naungan Polrestabes Surabaya. Sama halnya dengan kode Z yang sebelumnya masih berkode D yang merupakan Eks-Karesidenan Parahyangan.


Sadur dari FB Pesona Ketanggungan

Friday, August 16, 2013

Tong Sin Fu

Salah satu orang penting di balik keberhasilan Tiongkok menguasai bulutangkis dunia adalah Tong Sin Fu alias Tang Xianhu. Pelatih kelahiran Lampung itu pernah memoles generasi emas bulu tangkis Indonesia . Dia terpaksa kembali ke Tiongkok karena permohonannya menjadi WNI (warga negara Indonesia) ditolak. Pria renta itu hampir selalu berada di tepi lapangan setiap kali Lin Dan tampil pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2009. Kepalanya terbungkus topi dan sebuah tas diselempangkan di pundak. Lin Dan, pebulu tangkis tunggal pria andalan Tiongkok, selalu menoleh ke arah pria itu setiap kali lawan berhasil menerobos pertahanannya. Menunggu instruksi. Lin Dan, yang sejatinya hanya diunggulkan di peringkat kelima, akhirnya berhasil menjadi juara dunia di Gachibowli Indoor Stadium, Hyderabad, 10?16 Agustus lalu. Keberhasilannya, antara lain, berkat instruksi pria tua yang tak lain adalah Tong Sin Fu, pelatih tim nasional (timnas) Tiongkok. Itu adalah gelar juara dunia ketiga bagi pemain berjuluk Super Dan tersebut, setelah memenanginya pada 2006 dan 2007. Di partai final, Tong tak tampak di pinggir lapangan lagi. Alasannya, mungkin, partai tersebut mempertemukan sesama pemain Tiongkok, Lin Dan v Chen Jin. Tong adalah sosok yang sangat berjasa bagi kemajuan bulu tangkis di negeri terpadat di dunia itu. Sentuhan magisnya membuat Tiongkok menjadi raksasa bulu tangkis di era modern ini. Para pemain Tiongkok, dalam beberapa tahun terakhir, memang bermain dengan kemampuan jauh di atas pemain mana pun. Tak heran, pada kejuaraan di India itu timnas Tiongkok hanya kehilangan gelar ganda campuran. Empat nomor lain dikuasai pemain Tiongkok. Bahkan, tiga partai final berlangsung antarpemain Tiongkok. Sebaliknya, Indonesia terpuruk. Nova Widianto/Liliyana Natsir, satu-satunya wakil di final kerjuaraan itu,?dikalahkan duet Denmark, Thomas Laybourn/ Kamilla Rytter Juhl. Melatih pemain Tiongkok, kata Tong, tidak terlalu susah. Sebab, mereka sangat berbakat. "Di Tiongkok, para pemandu bakat telah menyediakan pemain- pemain bagus. Kami, para pelatih, tinggal memoles," katanya dengan bahasa Indonesia yang masih fasih. Tong memang lahir dan besar di Indonesia. Tepatnya di Teluk Betung, Lampung, 13 Maret 1942. "Di Tiongkok, nama saya sering disebut Tang Xianhu atau Tang Hsien Hu, bergantung dialek daerah masing-masing. Tapi, orang tua saya memberi nama Tong Sin Fu," paparnya kala ditemui di sela Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2009. Ketika masih menangani timnas Indonesia, dia punya nama Fuad Nurhadi. Tak kurang dari tiga puluh tahun dia menjadi pelatih bulu tangkis. Kepelatihannya berawal pada akhir 1979, saat dia mulai gantung raket. Selama enam tahun Tong memoles para pemain wanita Tiongkok. Di antaranya Li Lingwei dan Han Aiping. Dua pebulu tangkis andalan Tiongkok di era 1980-an. Kemudian pada 1986 Tong melatih di Indonesia. Awalnya, dia tidak menangani pemain Pelatnas Cipayung. Dia melatih di klub Pelita Jaya milik Aburizal Bakrie. Ketika itu dia dikontrak USD 750 per bulan. Setelah itu Tong ditarik untuk menangani pebulu tangkis yang ditempa di Pelatnas Cipayung. Ketika itu sejumlah pemain legendaris nasional masih di pelatnas. Seperti Liem Swie King di masa-masa akhirnya, Icuk Sugiarto, dan Hastomo Arbi. Kemudian, dia ikut membidani lahirnya para pemain generasi emas, seperti Alan Budikusuma, Ardi B. Wiranata, dan Hariyanto Arbi. Bahkan, Tong mengantarkan Alan meraih medali emas bulu tangkis di Olimpiade Barcelona 1992. Waktu itu Susi Susanti juga berhasil meraih emas sehingga dijuluki pengantin emas. "Para pemain Indonesia saat itu memang berbeda dengan yang ada sekarang," katanya. "Secara kualitas mereka lebih baik. Selain itu, saya lihat mereka punya semangat dan kemauan keras untuk menjadi juara," lanjut pria 68 tahun itu. "Filosofi saya sebagai pelatih adalah bukan pelatih yang harus pandai, melainkan pemain sendiri. Tugas pelatih hanya membantu," sambungnya. Pemain terakhir Indonesia yang ditangani adalah Hendrawan yang juga sempat menyabet juara dunia. Pada 1998 dia memutuskan kembali ke Tiongkok setelah permohonannya menjadi warga negara Indonesia (WNI) ditolak. "Kenapa itu (penolakan menjadi WNI, Red) diungkit-ungkit lagi. Itu sudah cerita lama," kata pria yang kini menetap di Fuzhou tersebut. "Waktu itu saya sudah berusaha mati-matian untuk menjadi WNI, tapi tetap tidak dikabulkan. Apa mau dikata," katanya. Dia hanya terdiam ketika ditanya apakah masih ingin menjadi WNI. "Saya cukup bahagia dengan posisi saya saat ini. Kalau toh bisa menjadi WNI, sekarang usia saya sudah lanjut," kata suami Li Qing itu, sembari sesekali membenarkan letak topinya. Meski begitu, dia belum tahu kapan akan pensiun sebagai pelatih. "Saya menikmati peran saya sekarang. Selama saya masih kuat, saya akan terus melatih. Sebab, di usia ini kalau tidak ada kegiatan, malah tidak enak," paparnya. Di Tiongkok, Tong tak langsung melatih tim nasional, melainkan menjadi pelatih tim bulu tangkis Provinsi Fujian. Tak lama kemudian, dia melatih timnas Negeri Panda itu. Pada Olimpiade Sydney 2000, dia harus melihat anak didiknya, Xia Xuanze, menyerah di tangan Hendrawan yang pernah dilatihnya. Namun, Hendrawan hanya meraih perak di Olimpiade itu setelah di final dikalahkan Ji Xinpeng, pemain lain Tiongkok. Salah satu keberhasilan Hendrawan saat itu berkat arahan Tong Sin Fu. Sebaliknya, keberhasilan Ji Xinpeng mengalahkan Hendrawan "yang kini melatih tim Malaysia" juga berkat sentuhan Tong Sin Fu. Setelah itu Tong ikut membidani lahirnya para pebulu tangkis andalan Tiongkok saat ini. Misalnya, Lin Dan, Chen Jin, Bao Chunlai, dan ganda pria Cai Yun/ Fu Haifeng. Nama-nama inilah yang beberapa tahun terakhir mendominasi peta persaingan bulu tangkis dunia. Bahkan, selain mengantarkan Lin Dan hat-trick juara dunia, dia berhasil mengantar Super Dan meraih medali emas Olimpiade Beijing tahun lalu. Tong merupakan salah satu pemain junior Indonesia terbaik di era 1950-an. Pada 1960, dia pergi ke Tiongkok bersama rekannya, Hou Chia Chang, asal Surabaya. "Saya meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studi sambil bermain bulu tangkis," tutur bapak dua anak itu. Dia meninggalkan orang tua dan tiga saudaranya, yang saat itu tinggal di daerah Pejompongan, Jakarta. Di Tiongkok karir bulu tangkis Tong Sin Fu melesat. Hanya dalam lima tahun dia sudah menjadi juara nasional. Gelar itu dikuasai sampai 1975. Hou Chia Cang juga berhasil. Mereka berdua dijuluki Raksasa Tiongkok karena keperkasaannya. Sayang, ketika itu pemerintah Tiongkok tak mengizinkan atlet- atletnya mengikuti turnamen di Eropa atau di negara-negara yang tak sepaham. Akibatnya, nama mereka berdua tidak begitu dikenal secara internasional. Tapi, pers Barat yang mengendus keberadaan mereka menganggapnya sebagai kekuatan tersembunyi. Tong hanya tampil di Ganefo (Games of The New Emerging Forces) 1963 dan 1966. Dia menjadi juara tunggal pria. Pada 1976, ketika rezim komunis Tiongkok mulai terbuka dan mengizinkan atlet-atletnya bermain di luar negeri, Tong dan Hou mulai menunjukkan kemampuan. Bahkan, di sebuah laga ekshibisi, Tong berhasil menggilas pemain terbaik Eropa saat itu, Erland Kops, dengan skor sangat telak, 15-0, 15-0. Oleh pers Barat, Tong dijuluki The Thing. Ketika itu dominasi tunggal pria dunia di tangan Rudy Hartono yang berhasil menjuarai All- England delapan kali. Tapi, Tong maupun Hou tidak sempat ditarungkan dengan jagoan Indonesia itu. Mereka pernah bertemu Iie Sumirat dalam sebuah even antarpemain Asia di Bangkok pada 1976. Iie Sumirat berhasil memecundangi keduanya. Saat dikalahkan Iie Sumirat, usianya sudah 34 tahun. Tak lama kemudian, dia memutuskan gantung raket, dan menjadi pelatih. Tong mengaku, meski sudah tak tinggal dan melatih di Indonesia, dia terus memperhatikan perkembangan bulu tangkis di negeri kelahirannya ini. Dia tak menampik, saat ini prestasi bulu tangkis nasional memang tak sebaik di era-era sebelumnya. Tapi, dia yakin, Indonesia kembali bangkit. "Hanya masalah waktu menunggu bulu tangkis Indonesia berkibar kembali," ucapnya. Dia mengaku masih punya banyak sanak-saudara di Indonesia. Sesekali dia pulang ke Indonesia. Kedua anaknya "dia tidak mau menyebutkan namanya" juga dilahirkan di Indonesia .

Kekuatan Hijau Lidah Buaya: Rahasia Kesehatan Alami

Dalam pelukan alam tersembunyi rahasia kesehatan yang telah lama dihargai sejak zaman kuno, lidah buaya atau Aloe vera, tanaman serbaguna ya...