Monday, January 3, 2011

Indonesia Punya Maratua;Pulau Terluar Yang Eksotis

Habitat Penyu Hijau
Siapa mengenal Pulau
Maratua? Bahkan tidak setiap
warga Kalimantan Timur pun
pernah mendengar nama
pulau itu. Salah satu pulau
terluar Indonesia, yang
terletak di Kabupaten Berau
itu memang nyaris tidak
pernah disebut.
Jakarta, Kabarindo- Pulau yang
dihuni 3.000 warga Suku Bajao
itu, tidak diketahui secara luas
oleh masyarakat Indonesia,
mungkin karena dianggap tak
penting, padahal pulau itu adalah
salah satu "beranda" Indonesia.
Pulau berbentuk huruf `U` itu,
disebut-sebut menjadi taman
impian turis asing dan penyelam,
sebab gugusan pulau-pulau kecil
di Pulau Maratua, menyimpan
berbagai potensi wisata bahari,
termasuk keindahan biota laut.
Pulau Maratua dalam masyarakat
Bajau --yang mengaku berasal
dari Filipina-- disebut sebagai
`Malatua` atau Kayu Tuba, sejenis
kayu beracun yang biasa
digunakan nelayan setempat
dalam menangkap ikan.
"Pulau Maratua memiliki pantai
dan alam yang cukup indah. Hanya
saja sejauh ini belum dikelola
secara maksimal," ungkap Camat
Maratua, Khudarat seperti dilansir
dari laman AntaraNews.
Di tengah pulau Maratua, terdapat
14 pulau-pulau kecil dan baru dua
pulau saja yang sudah dikelola,
itupun dikelola oleh perusahaan
asing yakni Jerman dan Malaysia.
Dua resor yang ada di Pulau
Maratua dimiliki PT. Paradise
(Malaysia) dan PT. Nabuko,
perusahaan asal Jerman.
Keragaman ekosistem bawah laut
di Pulau Maratua menjadi salah
satu daya tarik wisatawan, baik
domestik maupun mancanegara.
"Keindahan panorama bawah laut
di Pulau Maratua yang juga
sebagai tempat bertelurnya penyu
hijau dan menjadi habitat ikan pari
menjadi daya tarik tersendiri bagi
wisatawan. Bahkan, banyak
wisatawan yang datang hanya
untuk melakukan penyelaman,
sekedar melihat keragaman
terumbu karang tertinggi ketiga di
dunia setelah Raja Ampat dan
Salamon," kata Khudarat.
Tidak hanya menyimpan
keindahan laut dan pantai, Pulau
Maratua kata Khudarat juga
memiliki keindahan alam yang
sangat unik dibanding pulau-pulau
lainnya di Indonesia.
Gugusan gunung dan hamparan
hutan di sepanjang Pulau Maratua
menjadi salah satu sumber
penghidupan masyarakat Suku
Bajau yang mendiami pulau
terluar tersebut.
"Hamparan hutan yang luas
menghasilkan kayu yang menjadi
salah satu bahan baku pembuatan
perahu bagi nelayan. Begit pula
dengan perbukitan bebetuan yang
ada di Pulau Maratua ini, menjadi
salah satu sumber kehidupan yang
menghasilkan air tawar bagi
masyarakat," ungkap Camat
Maratua.
Selama bertahun-tahun kata
Khudarat, Maratua seolah menjadi
pulau yang terlupakan.
"Pulau Maratua sebelumnya ibarat
pulau yang dianaktirikan. Tetapi
setelah kasus Ambalat mencuat,
pulau ini langsung mendapat
perhatian. Lihat saja sendiri, saat
ini sudah ada puskesmas, Kantor
Polsek dan Koramil," katanya.
"Kalau dulu, warga sangat jarang
melihat pesawat, tetapi sekarang
pesawat terbang sudah sering
melintas di atau Pulau Maratua,"
ujar Khudarat.
Perampok Filipina
Pada 1980-an, kata Camat
Maratua, Khudarat, perampok asal
Mindanao, Filipina kerap menjarah
bahkan membunuh warga di
sekitar Pulau Maratua.
"Pada 1980-an, suasana sangat
mencekam sebab para perampok
asal Filipina kerap datang dan
merampas harta benda
masyarakat. Bahkan, salah seorang
warga Pulau Maratua sempat
dibunuh dan saat ini nama warga
itu dijadikan nama jalan di Pulau
Maratua," katanya.
"Namun, sejak keberadaan Kantor
Polsek dan Koramil, para
perampok itu tidak pernah lagi
mengganggu masyarakat," ungkap
Khudarat.
Kehidupan masyarakat di Pulau
Maratua kata Khudarat saat ini
sudah jauh lebih baik.
"Warga Pulau Maratua hanya
menginginkan perhatian
pemerintah agar kehidupan
ekonomi mereka bisa lebih baik.
Hal yang paling dibutuhkan yakni,
bantuan modal usaha baik sebagai
nelayan maupun bantuan kepada
beberapa warga yang menjalankan
aktifitas sebagai pembuat perahu,"
katanya.
Selama ini, banyak warga di Pulau
Maratua yang menjalankan bisinis
dengan membuat kapal. Namun,
bahan baku kayu yang selama ini
banyak di Pulau Maratua yang
menjadi bahan dasar pembuatan
perahu itu sudah langka, sehingga
mereka kesulitan melanjutkan
usaha tersebut. Jadi, para
pembuat perahu itu berharap ada
bantuan dari pemerintah agar
aktivitas mereka bisa tetap
berjalan," ujar Camat Maratua.
Bagi para pembuat perahu Pulau
Maratua, bantuan modal usaha
menjadi harapan yang sangat
besar. "Sebelum kayu dilarang,
kami masih gampang
mendapatkan bahan baku untuk
membuat perahu," ujarnya.
Satu perahu bisa dikerjakan
mereka paling lama tiga bulan,
namun sejak kayu sulit didapat,
mereka terpaksa memesannya
dari luar. Itupun kualitasnya lebih
rendah dibanding kayu asal
Maratua.
Kelangkaan bahan baku
menyebabkan pembuatan perahu
itu harus dikerjakan hingga
delapan bulan bahkan sampai satu
tahun. "Jadi, kami berharap,
pemerintah bisa memberikan
solusi agar kami tetap bisa
menjalankan pekerjaan ini,"
ungkap Ramli, seorang warga
Pulau Maratua.
Warga pulau terluar itu yang
umumnya sebagai nelayan yang
mengandalkan nasib dari hasil
tangkapan ikan juga
mengharapkan adanya perhatian
khusus pemerintah terkait
penangkapan ikan secara ilegal.
"Dulu, sebelum ada nelayan yang
menggunakan bom dan racun
untuk menangkap ikan,
penghasilan kami jauh labih baik.
Tapi sekarang, kadang kami harus
berebut lokasi dengan para
nelayan pembom dan peracun
ikan itu, bahkan tidak jarang kami
terlibat aksi kerja-kejaran dengan
mereka," ungkap Ramli.
Mereka juga berharap pemerintah
bisa menertibkan nelayan yang
menangkap ikan bom dan racun,
sebab selain menjadi salah satu
penyebab menurunnya
pendapatan kami juga dapat
merusak ekosistem laut di sekitar
Pulau Maratua yang menjadi
kebanggaan kami selama ini.
Wakil Bupati Berau, Muhammad
Rivai mengakui, Pulau Maratua
memiliki potensi laut dan alam
yang dapat menjadi objek wisata
bahari di Kaltim.
"Namun, selama ini, keberadaan
Pulau Maratua belum dikenal luas
masyarakat di Indonesia sehingga
kami berharap melalui program
Sail Derawan 2013 yang
dicanangkan Gubernur Kaltim
dapat menjadi pulau terluar itu
menjadi salah satu objek wisata
yang dapat menarik wisatawan,"
ungkap Muhammad Rivai.

No comments:

Lorjuk Madura: Kerang Kecil dengan Cita Rasa Besar

Di tengah keanekaragaman kuliner Indonesia, Lorjuk menonjol sebagai hidangan laut khas Madura yang memiliki cita rasa unik dan tekstur yang ...