Friday, February 18, 2011

Indonesia Juara DemamBerdarah di ASEAN

detikcom - Jakarta, Jumlah
kasus demam berdarah di
Indonesia tercatat masih tinggi,
bahkan paling tinggi dibanding
negara lain di ASEAN. Indonesia
pun didapuk menjadi tuan rumah
peluncuran resmi ASEAN Dengue
Day pada 15 Juni 2011.
Data Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) RI mencatat jumlah
kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD) pada tahun 2009 mencapai
sekitar 150 ribu. Angka ini
cenderung stabil pada tahun
2010, sehingga kasus DBD di
Indonesia belum bisa dikatakan
berkurang.
Demikian juga dengan tingkat
kematiannya, tidak banyak
berubah dari 0,89 pada tahun
2009 menjadi 0,87 pada pada
2010. Ini berarti ada sekitar
1.420 korban tewas akibat DBD
pada 2009 dan sekitar 1.317
korban tewas pada tahun
berikutnya.
"Angka ini paling tinggi di
ASEAN. Bahkan dibanding
Thailand di peringkat kedua,
angka ini masih terpaut cukup
jauh," ungkap Direktur
Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang (P2BB)
Dirjen P2PL Kemenkes, Dr Rita
Kusriastuti, MSc dalam jumpa
pers di Gedung Kemenkes, Jumat
(18/2/2011).
Menurut Dr Rita, DBD di
Indonesia sulit diberantas karena
laju perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti yang menularkan
penyakit itu cukup cepat. Upaya
pemberantasan jentik nyamuk
selalu kalah cepat dari
perkembangbiakan nyamuk
tersebut.
Di lingkungan yang berair, 1 ekor
nyamuk rata-rata bertelur
sebanyak 50-400 butir dan hanya
butuh 1 minggu untuk menjadi
nyamuk baru. Jika diambil angka
terkecil, dalam seminggu selalu
ada 50 ekor nyamuk baru yang
pada minggu berikutnya
menghasilkan 250 nyamuk lain
lagi.
Faktor kepadatan penduduk juga
memicu tingginya kasus DBD,
karena tempat hidup nyamuk
hampir seluruhnya adalah buatan
manusia mulai dari kaleng bekas,
ban bekas hingga bak mandi.
Karena itu, 10 kota dengan
tingkat DBD paling tinggi
seluruhnya merupakan ibukota
provinsi yang padat penduduk.
"Saya tidak hafal urutannya, tapi
kota-kota yang masuk 10 besar
rata-rata adalah ibukota provinsi
yang padat penduduknya. Sebut
saja Jakarta, Medan, Bandung,
Yogyakarta dan Bali (Denpasar),"
tambah Dr Rita.
Terkait masih tingginya kasus
DBD, Konferensi Tingkat Tinggi
ASEAN ke-17 yang berlangsung
di Hanoi, Vietnam, 30 Oktober
2010 menetapkan ASEAN
Dengue Day atau Hari Dengue se-
ASEAN yang selanjutnya akan
diperingati setiap tanggal 15 Juni.
Peringatan pertama sekaligus
peluncuran resmi ASEAN Dengue
Day akan dilakukan di Jakarta, 15
Juni 2011.
Indonesia Jadi Tuan Rumah 3
Agenda Kesehatan ASEAN
Sebagai ketua ASEAN untuk tahun
2011, Indonesia akan menjadi
tuan rumah sejumlah kegiatan
berskala regional. Untuk bidang
kesehatan, ada 3 agenda yang
akan digelar di Indonesia
sepanjang tahun 2011. Apa saja
kegiatan tersebut?
Salah satunya adalah peluncuran
secara resmi ASEAN Dengue Day
atau Hari Dengue se-ASEAN yang
akan dilakukan di Jakarta pada
tanggal 15 Juni 2011. Tanggal
15 Juni ditetapkan sebagai
ASEAN Dengue Day dalam
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
ke-19 di Hanoi, Vietnam pada
tanggal 30 Oktober 2010.
Dengue atau lebih dikenal dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD)
menjadi keprihatinan para pejabat
kesehatan di se-ASEAN karena
jumlah kasusnya masih tinggi.
Ditetapkannya tanggal 15 Juni
sebagai ASEAN Dengue Day
dimaksudkan sebagai kampanye
pengendalian dan pencegahan
DBD di tingkat regional ASEAN.
Acara lain yang akan digelar di
Indonesia adalah Konferensi Obat
Tradisional se-ASEAN yang ke-3
pada bulan November 2011 di
Tawangmangu, Jawa Tengah.
Sebelumnya akan diadakan
prakonferensi yang akan
berlangsung di Jakarta pada bulan
Mei 2011.
Konferensi Obat Tradisional ini
antara lain akan menyepakati
pengembangan format
standarisasi isi pada ASEAN
Pharmacopeian Herbal Medicine
atau Farmakope Obat Herbal
ASEAN edisi III. Kesepakatan lain
yang diharapkan tercapai adalah
identifikasi area kerjasama di
bidang obat tradisional.
Acara ketiga yang tak kalah
pentingnya adalah 19th Meeting
of ASEAN Task Force on AIDS
(AFTOA) yang akan digelar di Bali
pada November 2011. Beberapa
tema yang akan diangkat dalam
AFTOA kali ini antara lain HIV
(human immunodeficiency
viruse) di kalangan pekerja
migran dan peningkatan akses
terhadap obat antiretroviral
(ARV).
"Buruh migran menjadi perhatian
dalam pertemuan ini karena
beberapa negara anggota ASEAN
berbatasan secara langsung. Di
negara-negara tersebut, angka
penularan HIV di kalangan
pekerja migran cukup tinggi,"
ungkap Kepala Seksi Standarisasi
Sub Direktorat AIDS dan Penyakit
Menular Seksual, Ditjen P2PL
Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) RI, dr Endang Budi
Hastuti.

No comments:

Lorjuk Madura: Kerang Kecil dengan Cita Rasa Besar

Di tengah keanekaragaman kuliner Indonesia, Lorjuk menonjol sebagai hidangan laut khas Madura yang memiliki cita rasa unik dan tekstur yang ...