Tuesday, June 1, 2010

10 penyakit paling langka

detikcom - Jakarta,
Penyakit berat seperti
diabetes, kanker, stroke
atau jantung sudah
banyak diketahui orang.
Tapi sebenarnya masih
ada penyakit lainnya yang
terbilang langka. Penyakit
apa saja itu?
Seperti dilansir dari
DiscoveryHealth, Selasa
(1/6/2010) berikut 10
penyakit paling langka di
dunia yang terbanyak
berhubungan dengan
saraf:
1. Progressive Multifocal
Leukoencephalopathy
(PML)
PML adalah gangguan
saraf yang ditandai
dengan penghancuran
myelin, yaitu selubung
pelindung yang
mengelilingi serabut saraf
pada sistem saraf pusat
dan sumsum tulang
belakang.
Penyakit ini disebabkan
oleh virus JC. Virus ini
ditemukan pada 85 persen
populasi dewasa pada
umumnya, tapi virus ini
tetap tidak aktif selama
orang tetap sehat dan
sistem kekebalan kuat.
PML terjadi pada 1 dari
200.000 orang.
2. Paraneoplastic
Neurologic Syndromes
(PNS)
PNS adalah kondisi yang
mempengaruhi sistem
saraf, yaitu otak, sumsum
tulang belakang, saraf
juga otot. Istilah
'paraneoplastic' berarti
sindrom saraf tidak
disebabkan oleh tumor
sendiri, tapi oleh reaksi
kekebalan tubuh yang
menghasilkan tumor
tersebut. Pada banyak
pasien, respons imun
dapat menyebabkan
kerusakan sistem saraf
yang jauh melebihi
kerusakan yang dilakukan
tumor.
3. Penyakit Dercum
Penyakit dercum adalah
gangguan yang jarang
terjadi, ditandai dengan
beberapa pertumbuhan
jaringan lemak (lipoma)
yang menyakitkan.
Pertumbuhan ini biasanya
terjadi di tangan, lengan
atas, kaki bagian atas,
juga di bawah kulit
(subkutan).
Penyakit Dercum sering
menyebabkan rasa sakit
yang luar biasa. Dalam
beberapa kasus, individu
yang terkena mungkin
juga mengalami kenaikan
berat badan, depresi,
kelesuan, dan
kebingungan. Penyebab
pasti dari penyakit
Dercum yang tidak
diketahui.
4. Penyakit Fahr
Penyakit Fahr merupakan
gangguan saraf
degeneratif yang jarang
terjadi. Ini dicirikan
dengan deposit kalsium
abnormal (kalsifikasi) dan
hilangnya sel yang terkait
di daerah tertentu dari
otak, seperti ganglia
basal.
Penyakit Fahr dapat
menyebabkan kerusakan
kemampuan kognitif
(demensia), hilangnya
kemampuan motorik,
kekakuan otot,
kelumpuhan dan bahkan
kebutaan.
5. Penyakit Devic
Penyakit Devic atau
Neuromyelitis Optica
adalah gangguan kronis
jaringan saraf ditandai
oleh peradangan pada
saraf optik (optik neuritis)
dan peradangan pada
saraf tulang belakang
(mielitis). Pada tahap
awal, gejala penyakit
Devic mungkin sama
dengan multiple sclerosis.
6. Tardive Dyskinesia (TD)
TD adalah gangguan
gerakan spontan saraf
yang disebabkan oleh
penggunaan obat
reseptor dopamin untuk
mengobati kondisi jiwa
atau pencernaan tertentu.
Jangka panjang
penggunaan obat ini
dapat menghasilkan
kelainan biokimia di
daerah otak yang dikenal
sebagai striatum.
Distonia dyskinesia adalah
bentuk yang lebih parah
dari TD, yang mana
gerakan berputar-putar
lebih leher dan otot
batang yang menonjol
lebih lambat.
7. Landau Kleffner
Syndrome (LKS)
LKS ditandai dengan
hilangnya pemahaman
dan ekspresi bahasa
verbal (aphasia) yang
bekerjasama dengan
electroencephalic (EEG)
yang abnormal, sehingga
menyebabkan kejang.
8. Alpha-1-Antitrypsin
Deficiency (A1AD)
A1AD merupakan kelainan
turunan yang ditandai
dengan rendahnya tingkat
protein yang disebut
alpha-1 antitrypsin (A1AT)
yang ditemukan dalam
darah.
Kekurangan A1AT
memungkinkan zat-zat
yang memecah protein
(enzim proteolitik) untuk
menyerang berbagai
jaringan tubuh. Hal ini
menyebabkan perubahan
yang merusak paru-paru
(emfisema) dan juga
dapat mempengaruhi hati
dan kulit.
9. Sindrom muntah siklik
atau Cyclic Vomiting
Syndrome (CVS)
CVS adalah gangguan
langka yang ditandai
dengan mual dan muntah
yang berulang. Biasanya
mual dan muntah
berlangsung selama
beberapa jam atau
bahkan beberapa hari.
Gejala lain adalah pucat,
lesu, sakit perut dan sakit
kepala. Penyebab pasti
dari sindrom muntah
siklik tidak diketahui.
10. Spinal Muscular
Atrophy (SMA)
SMA sekelompok kelainan
bawaan yang ditandai
dengan hilangnya sel
saraf tertentu yang
disebut neuron motor.
Neuron motor
mengirimkan impuls saraf
dari otak atau sumsum
tulang belakang (batang
otak) pada otot atau
jaringan kelenjar.

Cara mengukur suhu anak saat demam

detikcom - Jakarta,
Demam merupakan suatu
kondisi yang sering terjadi
pada bayi atau anak di
bawah usia 5 tahun, dan
hal ini seringkali
membuat orangtua
menjadi panik. Karena itu
ketahui cara mengukur
temperatur demam pada
anak.
Demam merupakan
mekanisme pertahanan
tubuh terhadap infeksi
atau masuknya zat asing
ke dalam tubuh.
Karenanya demam
bukanlah suatu penyakit,
melainkan gejala dari
suatu penyakit. Dengan
adanya demam, maka
tubuh diberi sinyal bahwa
ada sesuatu yang tidak
beres dalam tubuh.
Pada umumnya bayi atau
anak yang mengalami
demam, merupakan
respons normal terhadap
berbagai penyakit. Namun
orangtua tetap harus
mengukur suhu tubuh
anaknya secara berkala
untuk memastikan
apakah si kecil
membutuhkan
pertolongan lebih lanjut
atau tidak.
Satu hal yang harus
diperhatikan adalah
sebaiknya orangtua tidak
mengukur suhu tubuh
melalui kepala anak,
karena hingga usia 5
tahun suhu di kepala
anak akan selalu lebih
hangat dibandingkan
dengan suhu tubuhnya.
Selain itu orangtua
sebaiknya tidak
menggunakan tangan
untuk mengukur suhu
tubuh, tapi lebih baik
menggunakan
termometer.
Seperti dikutip dari
Kidshealth, Selasa
(1/6/2010) terdapat
beberapa nilai yang
berlaku umum dalam
menentukan anak demam
atau tidak.
Anak dikatakan demam
jika temperatur diukur
melalui rektal (dubur)
lebih dari 38 derajat
celsius, melalui oral lebih
dari 37,5 derajat celsius
serta melalui ketiak lebih
dari 37,5 derajat celsius.
Terdapat berbagai cara
untuk mengukur suhu
tubuh dan cara terbaik
untuk melakukannya
tergantung dari beberapa
faktor. Meski demikian
suhu yang paling akurat
adalah pengukuran
melalui rektal.
Tapi beberapa orangtua
terkadang tidak tega
untuk melakukannya dan
takut terlalu dalam
memasukkan termometer.
Karenanya ada beberapa
teknik yang bisa
dilakukan, yaitu:
Mengukur suhu lewat
rektal (dubur)
Anak atau bayi sebaiknya
dibaringkan di pangkuan
ibu atau orang dewasa,
lalu oleskan vaseline pada
ujung termometer. Secara
perlahan masukkan
termometer ke dalam
anus anak sampai ujung
perak termometer tidak
terlihat (1/4 (0,5 cm) atau
1/2 inci (1,27 cm) di dalam
anus). Pegang termometer
lalu tunggu selama 1-2
menit.
Mengukur suhu lewat oral
(mulut)
Sebelum digunakan
sebaiknya membersihkan
termometer dengan air
dngin dan sabun lalu bilas
dengan air. Setelah itu
letakkan ujung
termometer di bawah
lidah anak ke arah
belakang dan tahan
termometer dengan bibir
anak. Usahakan untuk
menjaga agar bibir tetap
tertutup dan tunggu
hingga sekitar 3 menit.
Mengukur suhu ketiak
Saat digunakan pastikan
bahwa ujung termometer
menyentuh kulit anak lalu
letakkan ujung
termometer di ketiak
anak yang kering. Tahan
posisi termometer dengan
menggunakan lengan
anak dan tunggu selama
4-5 menit.
Usahakan untuk
melakukan pengulangan
setiap mengukur suhu
tubuh setidaknya dua
kali. Jika anak memang
demam, maka ukurlah
suhunya secara berkala
setiap 4-6 jam dan segera
bawa ke dokter jika suhu
tubuhnya terus meningkat
terutama jika melebihi 40
derajat celsius.
Hal terpenting yang harus
dilakukan orangtua
adalah jangan panik dan
usahakan tetap tenang
jika anaknya demam,
karena hal ini bisa
berisiko overdosis dalam
pemberian obat atau
penanganan yang kurang
tepat.

Bolehkah berenang sehabis makan?

detikcom - Jakarta, Ada
anggapan jika seseorang
berenang sehabis makan
akan mengalami kram
perut atau kejang yang
bisa menyebabkan
tenggelam atau membeku
di dalam kolam renang.
Benarkah seperti itu?
Seperti dikutip dari
Howstuffworks, Selasa
(1/6/2010) setelah makan
sebesar 20-25 persen
aliran darah akan menuju
perut untuk membantu
proses pencernaan.
Proses pencernaan
makanan membutuhkan
aliran darah yang lebih
besar ke perut, sedangkan
jika saat bersamaan
melakukan renang maka
aliran darah yang besar
juga dibutuhkan oleh
lengan dan kaki.
Hal ini bisa
mengakibatkan
persaingan dan membuat
perut kekurangan oksigen
dalam jumlah tertentu,
sehingga menimbulkan
kram perut.
Kram juga bisa terjadi
karena perut yang penuh
oleh makanan berusaha
untuk menarik kembali
ligamen ke tempatnya.
Fakta menunjukkan perut
yang penuh akan
membuat seseorang tidak
nyaman untuk
berolahraga dan pada
beberapa kasus bisa
menyebabkan muntah.
Meski demikian belum
pernah ada kasus yang
dilaporkan berenang
setelah makan bisa
menyebabkan tenggelam.
Hal lain yang harus
diperhatikan adalah jenis
makanan yang dikonsumsi
dan kecepatan
pencernaannya, misalnya
karbohidrat sederhana
seperti kentang akan
lebih cepat dicerna
dibandingkan dengan
lemak atau protein
kompleks.
Jika tiba-tiba terjadi kram,
maka usahakan untuk
tetap tenang dan
mengambang sambil
menarik napas dalam-
dalam. Hal ini bisa
membantu
menghilangkan kram yang
terasa. Selain itu bisa juga
dengan melakukan sedikit
pemanasan.
Sebenarnya tubuh
manusia memiliki aliran
darah yang cukup untuk
menjaga semua bagian
agar bisa berjalan baik-
baik saja setelah makan.
Selain itu selama
berolahraga atau latihan,
tubuh akan menghasilkan
adrenalin yang benar-
benar dapat membantu
memberikan oksigen ke
otot-otot yang
membutuhkan. Namun
terkadang hal ini tidak
berjalan sempurna.
Untuk menghindari
gangguan yang mungkin
timbul saat sedang
berenang, tak ada
salahnya untuk menunggu
beberapa saat sebelum
berenang serta jangan
terlalu bersemangat
berenang jika setelah
makan.

Cara hentikan kebiasaan gigit kuku

detikcom - Jakarta,
Beberapa orang mungkin
suka menggigit kuku
karena alasan bosan,
cemas, stres atau perilaku
kompulsif (kebiasaan
yang berulang-ulang).
Kebiasaan menggigit kuku
bisa membahayakan
kesehatan. Bagaimana
cara menghentikannya?
Menurut studi Operant
Learning Principles
Applied to Nail Biting
yang dilakukan oleh Terry
M. McClanahan,
kebiasaan menggigit kuku
terjadi 28-33 persen pada
anak-anak usia 7-10
tahun, 44 persen remaja,
19-29 persen dewasa
muda dan 5 persen pada
dewasa tua.
Kadang-kadang kebiasaan
menggigit kuku juga
dikenal sebagai
onychophagia kronis,
yang harus dirawat oleh
dokter atau penyedia
layanan kesehatan
mental, karena sering kali
kebiasaan ini dapat
merusak.
Tangan dan kuku
merupakan sarang
kuman, bakteri, virus atau
jamur. Oleh karena itu,
kebiasaan menggigit kuku
harus segera dihentikan
karena kebiasaan buruk
ini dapat membahayakan
kesehatan.
Seperti dilansir dari Ehow,
Selasa (1/6/2010), berikut
10 cara untuk
menghentikan kebiasaan
menggigit kuku:
1. Keinginan berhenti
Kebiasaan menggigit kuku
adalah masalah mental,
sama halnya dengan
kebiasaan merokok atau
menurunkan berat badan.
Maka untuk
mematahkannya, terlebih
dahulu Anda harus
berniat untuk berhenti.
2. Identifikasi masalah
Bila kebiasaan menggigit
kuku terjadi pada anak,
pertama identifikasi
penyebab kebiasaan
tersebut. Seringkali stres
adalah penyebab utama
menggigit kuku pada
anak. Maka dengan
membantu mengatasi
stres, Anda juga akan
dapat menghentikan
kebiasaannya menggigit
kuku.
3. Perhatikan diri ketika
sedang menggigit kuku
Dengan duduk di depan
kaca dan memperhatikan
diri Anda sendiri, akan
terlihat betapa tidak
menariknya Anda ketika
sedang menggigit kuku.
Ini akan membantu
mengurangi kebiasaan
Anda.
4. Membuat tangan tetap
sibuk
Ketika Anda merasakan
godaan untuk menggigit
kuku, cobalah untuk
membuat tangan dan jari
tetap sibuk, misalnya
dengan menulis atau
melakukan sesuatu yang
membuat jari tetap
bergerak.
5. Kunyah permen karet
Dengan membuat mulut
dan gigi sibuk pun dapat
mencegah menggigit
kuku. Mengunyah permen
karet bebas gula dapat
membuat gigi Anda tetap
sibuk dan lupa untuk
menggigit kuku.
6. Rawat kuku dengan
baik
Menjaga dan merawat
kuku adalah trik psikologi
terbaik untuk
menghentikan kebiasaan
menggigit kuku, terlebih
lagi jika Anda merawatnya
di salon dengan
perawatan khusus, yaitu
manicure. Melihat kuku
yang rapi, bersih, segar
dan indah akan membuat
Anda sayang untuk
merusak keindahan
tersebut, sehingga lambat
laun dapat menghentikan
kebiasaan menggigit
kuku.
7. Potong pendek kuku
Kuku yang pendek jelas
akan mencegah Anda
untuk menggigit kuku,
karena tidak ada kuku
yang bisa Anda gigit.
8. Menggunakan cat atau
lotion anti menggigit
kuku
Beberapa apotek menjual
cat atau lotion anti
menggigit kuku. Ini
adalah semacam cat kuku
yang akan membantu
Anda menahan diri
menggigit kuku. Bila
tanpa sadar menggigit
kuku yang dioleskan
dengan cat kuku ini,
maka Anda akan
merasakan pahit yang
mengerikan. Ini akan
mencegah 'kereta' otak
Anda untuk berhenti
menggigit dan
mematahkan kebiasaan
menggigit kuku.
9. Kenakan karet gelang
Dengan mengenakan
karet gelang di
pergelangan tangan,
maka setiap kali Anda
ingin menggigit kuku,
tariklah karet gelang dan
lepaskan hingga
mengenai kulit dan terasa
sakit. Hal ini akan
membuat Anda jera dan
membantu
mneghilangkan kebiasaan
untuk menggigit kuku.
10. Memberi hadiah
Menghadiahi diri sendiri
dan orang lain ketika
tidak menggigit kuku
dapat juga menjadi cara
menghentikan kebiasaan
buruk itu. Misalnya,
hadiahi diri dan orang
lain dengan sesuatu yang
kecil seperti permen
ketika sanggup tidak
menggigit kuku selama 1
jam. Coba terus
tingkatkan kemampuan
untuk tidak menggigit
kuku, hingga akhirnya
bisa benar-benar berhenti
melakukan kebiasaan
buruh itu.

Anemia picu IQ anak rendah

detikcom - Jakarta,
Anemia adalah salah satu
kondisi yang bisa
menyerang siapa saja,
termasuk anak-anak.
Namun jika kondisi ini
menimpa anak-anak,
maka kemungkinan besar
si kecil bisa memiliki nilai
IQ (intelligence quotient)
yang lebih rendah
dibandingkan anak sehat.
Bayi yang baru lahir
umumnya memiliki
kandungan zat besi di
dalam tubuhnya sebesar
250 mg (80 ppm) yang
berasal dari ibunya
selama masa kehamilan.
Namun hal ini akan
menurun selama 6 bulan
pertama kehidupan,
sehingga membutuhkan
asupan zat besi dari
makanan lain selain ASI.
Bayi yang mengonsumsi
susu sapi memiliki
kemungkinan lebih besar
mengalami kekurangan
zat besi yang memicu
anemia, hal ini karena
susu sapi memiliki
konsentrasi kalsium yang
tinggi sehingga
mengakibatkan
persaingan dalam
penyerapan zat besi.
Anak-anak yang sedang
dalam masa pertumbuhan
setidaknya harus
mendapatkan asupan zat
besi sekitar 0,5 mg lebih
tinggi dari jumlah zat besi
yang hiang setiap harinya,
kondisi ini berguna untuk
menjaga agar konsentrasi
zat besi di dalam tubuh
tetap normal.
Zat besi ini diperlukan
oleh tubuh untuk
membuat hemoglobin,
yaitu protein di dalam sel
darah merah yang
berfungsi membawa
oksigen ke seluruh tubuh.
Jika seseorang
kekurangan zat besi,
maka produksi
hemoglobin akan
menurun dan memicu
terjadinya anemia.
Seperti dikutip dari
Emedicine.medscape,
Senin (31/5/2010) anemia
yang terjadi ini akan
membuat asupan oksigen
ke seluruh tubuh menjadi
terganggu.
Jika pasokan oksigen
terganggu akan
menyebabkan
keterlambatan
perkembangan, masalah
neurologis dan gangguan
perilaku seperti aktivitas
fisik motorik, interaksi
sosial dan gangguan
konsentrasi atau fokus
pada tugas-tugasnya.
Kondisi ini bisa membuat
anak yang mengalami
anemia akibat
kekurangan zat besi
memiliki nilai IQ yang
lebih rendah (10-15 poin)
serta kemampuan belajar
yang menurun
dibandingkan dengan
anak yang sehat atau
normal. IQ yang normal
untuk nilai rata-rata
adalah sekitar 91-110.
Hal ini didukung oleh
hasil penelitian dari Dr
Seth dalam New England
Journal of Medicine yang
melaporkan studi jangka
panjang dari kekurangan
zat besi pada bayi. Balita
usia lima tahun yang
memiliki tingkat zat besi
yang rendah
mengakibatkan nilai IQ
lebih rendah dan fungsi
mental yang terganggu.
Beberapa hal bisa
dilakukan oleh orangtua
untuk mencegah agar
anaknya tidak mengalami
anemia, yaitu:
1. Memberikan ASI
eksklusif tanpa cairan
tambahan, susu
formula atau makanan
lain sampai usia 6
bulan.
2. Bila terdapat gangguan
pada kelenjar di
payudara sehingga ASI
tidak bisa dihasilkan,
gunakanlan susu
formula yang diperkaya
(fortifikasi) dengan zat
besi.
3. Usahakan untuk
menghindari
penggunaan susu sapi,
kambing atau susu
kedelai sebelum berusia
12 bulan.
4. Memberikan makanan
yang mengandung
vitamin C, karena
vitamin ini membantu
tubuh dalam hal
penyerapan zat besi.
5. Memberikan makanan
yang kaya akan zat besi
seperti daging merah,
sayuran berdaun hijau,
tanaman kacang-
kacangan serta buah.

Mana yang lebih aman merokok atau nginang

detikcom - Jakarta, Selain
dibakar dalam bentuk
rokok, tembakau juga
dinikmati dengan cara
lain termasuk dikunyah
bersama daun sirih
(nginang). Meski tidak
berasap, nginang ternyata
memiliki risiko kesehatan
yang sama dengan
merokok.
Tradisi mengunyah
tembakau dikenal luas di
berbagai daerah di
Indonesia maupun dunia.
Salah satunya di Jawa
Tengah dan sekitarnya,
yang populer dengan
istilah nginang atau
nyusur.
Saat nginang, tembakau
tidak digunakan sendirian
melainkan ada
campurannya. Di
antaranya adalah
endapan kapur (Jawa:
njet), buah pinang, daun
gambir dan tidak lupa
daun sirih.
Masyarakat meyakini,
tradisi ini memberikan
manfaat bagi kesehatan
gigi dan mulut. Meski
belum banyak penelitian
tentang dugaan tersebut,
kebanyakan penginang
memang memiliki mulut
yang sehat serta gigi yang
kuat meski berwarna agak
kekuningan.
Anggapan ini mungkin
ada benarnya, sebab
beberapa campurannya
yakni gambir serta daun
sirih dikenal sebagai
antiseptik. Senyawa
fitokimia yang terkandung
di dalamnya dapat
mencegah pertumbuhan
kuman-kuman penyebab
sakit gigi dan bau mulut.
Selain itu nginang juga
menggunakan endapan
kapur sebagai campuran.
Endapan yang telah
membentuk pasta ini
mengandung kalsium,
yang diyakini punya
manfaat bagi kesehatan
gigi dan tulang.
Sampai di sini, manfaat
nginang belum
terbantahkan. Namun
masih ada satu komponen
lagi yang pastinya
kontroversial, yakni
tembakau. Jika tembakau
dikatakan berbahaya
ketika dalam bentuk
rokok, apakah hal yang
sama berlaku juga dalam
nginang?
Seperti dilansir dari
ncbi.nlm.nih.gov, Senin
(31/5/2010) sebuah
penelitian pernah
dilakukan oleh National
Board of Health and
Welfare (1997) untuk
melihat hal itu. Ternyata
pada smokeless tobacco
(produk tembakau non-
rokok) termasuk nginang,
dijumpai risiko kesehatan
yang sama dengan
merokok meski sedikit
lebih kecil.
Risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah
pada smokeless tobacco
meningkat 2 kali lipat
dibandingkan ketika tidak
mengonsumsi tembakau.
Sedangkan pada rokok,
risiko terebut menginkat 3
kali lipat.
Selain itu, smokeless
tobacco dapat
meningkatkan tekanan
darah sehingga
memperbesar risiko
hipertensi. Hal yang sama
juga terjadi pada rokok.
Karena dampak
negatifnya lebih kecil,
dalam hal ini nginang bisa
dikatakan lebih aman
dibandingkan rokok.
Apalagi dampak tersebut
hanya dialami oleh yang
bersangkutan, tidak
seperti rokok yang
mengenal istilah perokok
pasif.
Jika dari sisi kesehatan
dampak negatif nginang
sudah ditemukan,
dampak negatif dari sisi
lingkungan sebenarnya
juga ada.
Salah satu komponen
dalam nginang adalah
pinang, yang mengandung
alkaloid bernama
arecoline. Senyawa ini
akan memberi warna yang
khas pada air liur saat
nginang, yakni merah
terang.
Kebiasaan buruk di desa-
desa adalah meludah
sembarangan. Dengan
warna air liur yang
semacam itu, kebiasaan
itu tentu saja akan
meninggalkan noda
berupa bercak merah di
mana-mana.
Sebenarnya masyarakat di
Indonesia seperti di Jawa
mempunyai wadah khusus
untuk meludah, berupa
kaleng kecil yang disebut
tempolong. Masalah
lingkungan akan teratasi
jika saja semua orang
yang nginang punya
wadah semacam ini.

4 fakta dan mitos Shisha

detikcom - Jakarta, Hanya
karena prosedur dan
alatnya lebih rumit,
merokok dengan shisha
sering dianggap lebih
aman. Padahal selama
yang dihisap adalah asap
tembakau, racun nikotin
tetap mengancam
kesehatan. Berikut 4 fakta
dan mitos soal shisha.
Shisha atau disebut juga
hookah merupakan alat
penghisap tembakau yang
berasal dari India.
Penggunaan alat ini
populer di Timur Tengah,
dan menyebar ke seluruh
dunia.
Bentuk alat ini mirip
lampu minyak, dengan
tabung utama yang
terhubung ke sejumlah
pipa penghisap. Papan
pemanas berisi bara api
terdapat di bagian paling
atas, berfungsi untuk
membakar tembakau.
Tabung utama biasanya
terbuat dari kaca, dan
berisi air sebagai filter.
Karena filternya berupa
air, maka muncullah
anggapan bahwa shihsa
lebih aman dibandingkan
rokok filter.
Dikutip dari Live Science,
Senin (31/5/2010), sebuah
penelitian di Inggris
berhasil mementahkan
anggapan tersebut.
Penelitian yang dilakukan
tahun 2009 itu dimuat
dalam American Journal
of Preventive Medicine.
Menurut penelitian
tersebut, shisha justru
menghasilkan asap lebih
banyak dibandingkan
rokok. Akibatnya, karbon
monoksida (CO) yang
terhirup lebih banyak dan
bisa menyebabkan sesak
napas.
Kadar nikotin pada shisha
juga tidak lebih sedikit
meski difilter dengan air.
Secara umum risiko
kesehatan yang dihadapi
saat menghisap shisha
sama besarnya dengan
rokok biasa, termasuk
kanker paru-paru serta
gangguan kehamilan.
Oleh karena itu, pikirkan
sekali lagi jika masih
menganggap shisha lebih
aman dibandingkan
rokok. Berikut ini adalah 4
mitos paling populer di
kalangan pengguna
shisha, dikutip dari Live
Science, Senin (31/5/2010).
Mitos: Shisha
menghasilkan nikotin
lebih sedikit dibandingkan
rokok biasa.
Fakta: Penelitian di atas
membuktikan, shisha
maupun rokok biasa
menghasilkan nikotin
dalam kadar yang kurang
lebih sama. Kalaupun ada
perbedaan, itu tergantung
pada tembakaunya dan
biasanya shisha justru
menggunakan tembakau
terbaik dengan kadar
nikotin lebih tinggi.
Mitos: Asap yang lebih
tipis menunjukkan kadar
racun pada shisha lebih
kecil.
Fakta: Asap yang tipis
pada shisha disebabkan
oleh kelembaban yang
tinggi, karena adanya air.
Kadar racun tidak
terpengaruh oleh
ketebalan asap.
Mitos: Air di dasar shisha
berfungsi sebagai filter
racun.
Fakta: Dalam jumlah
sangat kecil, memang ada
racun yang terjebak
dalam air. Tetapi
jumlahnya tidak signifikan
untuk menekan risiko
kesehatan yang bisa
muncul.
Mitos: Tembakau dengan
rasa buah-buahan yang
sering digunakan dengan
shisha memberi manfaat
bagi kesehatan.
Fakta: Fungsi bahan
perasa yang digunakan
hanya untuk aroma,
sedikitpun tidak memberi
manfaat bagi kesehatan.

Mengenal Mento Sumenep: Warisan Kuliner Keraton yang Menggugah Selera

Beberapa kuliner dari Pulau madura ini mungkin masih asing bagi Anda semua, bahkan belum pernah mendengar sebelumnya. Apa sih makanan ini te...