Tuesday, June 1, 2010

Mana yang lebih aman merokok atau nginang

detikcom - Jakarta, Selain
dibakar dalam bentuk
rokok, tembakau juga
dinikmati dengan cara
lain termasuk dikunyah
bersama daun sirih
(nginang). Meski tidak
berasap, nginang ternyata
memiliki risiko kesehatan
yang sama dengan
merokok.
Tradisi mengunyah
tembakau dikenal luas di
berbagai daerah di
Indonesia maupun dunia.
Salah satunya di Jawa
Tengah dan sekitarnya,
yang populer dengan
istilah nginang atau
nyusur.
Saat nginang, tembakau
tidak digunakan sendirian
melainkan ada
campurannya. Di
antaranya adalah
endapan kapur (Jawa:
njet), buah pinang, daun
gambir dan tidak lupa
daun sirih.
Masyarakat meyakini,
tradisi ini memberikan
manfaat bagi kesehatan
gigi dan mulut. Meski
belum banyak penelitian
tentang dugaan tersebut,
kebanyakan penginang
memang memiliki mulut
yang sehat serta gigi yang
kuat meski berwarna agak
kekuningan.
Anggapan ini mungkin
ada benarnya, sebab
beberapa campurannya
yakni gambir serta daun
sirih dikenal sebagai
antiseptik. Senyawa
fitokimia yang terkandung
di dalamnya dapat
mencegah pertumbuhan
kuman-kuman penyebab
sakit gigi dan bau mulut.
Selain itu nginang juga
menggunakan endapan
kapur sebagai campuran.
Endapan yang telah
membentuk pasta ini
mengandung kalsium,
yang diyakini punya
manfaat bagi kesehatan
gigi dan tulang.
Sampai di sini, manfaat
nginang belum
terbantahkan. Namun
masih ada satu komponen
lagi yang pastinya
kontroversial, yakni
tembakau. Jika tembakau
dikatakan berbahaya
ketika dalam bentuk
rokok, apakah hal yang
sama berlaku juga dalam
nginang?
Seperti dilansir dari
ncbi.nlm.nih.gov, Senin
(31/5/2010) sebuah
penelitian pernah
dilakukan oleh National
Board of Health and
Welfare (1997) untuk
melihat hal itu. Ternyata
pada smokeless tobacco
(produk tembakau non-
rokok) termasuk nginang,
dijumpai risiko kesehatan
yang sama dengan
merokok meski sedikit
lebih kecil.
Risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah
pada smokeless tobacco
meningkat 2 kali lipat
dibandingkan ketika tidak
mengonsumsi tembakau.
Sedangkan pada rokok,
risiko terebut menginkat 3
kali lipat.
Selain itu, smokeless
tobacco dapat
meningkatkan tekanan
darah sehingga
memperbesar risiko
hipertensi. Hal yang sama
juga terjadi pada rokok.
Karena dampak
negatifnya lebih kecil,
dalam hal ini nginang bisa
dikatakan lebih aman
dibandingkan rokok.
Apalagi dampak tersebut
hanya dialami oleh yang
bersangkutan, tidak
seperti rokok yang
mengenal istilah perokok
pasif.
Jika dari sisi kesehatan
dampak negatif nginang
sudah ditemukan,
dampak negatif dari sisi
lingkungan sebenarnya
juga ada.
Salah satu komponen
dalam nginang adalah
pinang, yang mengandung
alkaloid bernama
arecoline. Senyawa ini
akan memberi warna yang
khas pada air liur saat
nginang, yakni merah
terang.
Kebiasaan buruk di desa-
desa adalah meludah
sembarangan. Dengan
warna air liur yang
semacam itu, kebiasaan
itu tentu saja akan
meninggalkan noda
berupa bercak merah di
mana-mana.
Sebenarnya masyarakat di
Indonesia seperti di Jawa
mempunyai wadah khusus
untuk meludah, berupa
kaleng kecil yang disebut
tempolong. Masalah
lingkungan akan teratasi
jika saja semua orang
yang nginang punya
wadah semacam ini.

No comments:

Kekuatan Hijau Lidah Buaya: Rahasia Kesehatan Alami

Dalam pelukan alam tersembunyi rahasia kesehatan yang telah lama dihargai sejak zaman kuno, lidah buaya atau Aloe vera, tanaman serbaguna ya...