ads

Jumat, 28 Mei 2010

Analisa sidik jari anak bukan cuma ramalan.

detikcom - Jakarta,
Analisa sidik jari bukan
sekedar ramalan untuk
memprediksi masa depan
anak. Analisa sidik jari
bersifat ilmiah sehingga
orangtua bisa mengetahui
potensi dan bakat
anaknya. Seberapa besar
tingkat akurasinya?
Analisa sidik jari disebut
juga Fingerprint Analysis
yang merupakan metode
pengukuran data
biometrik dengan media
pemindaian (scanning)
sidik jari.
Metode ini dilakukan
untuk mengetahui pola
distribusi dan respons
sistem saraf pada otak.
Hasil ini kemudian
diinterpretasikan secara
psikologis sebagai gaya
bekerja otak yang paling
dominan yang terkait
dengan potensi bakat,
motivasi, karakter dan
gaya belajar dan bekerja
seseorang.
"Analisa sidik jari bukan
merupakan ramalan,
karena metode ini
didasari dengan
penelitian dan metode
yang ilmiah," ujar Efnie
Indrianie, M.Psi, psikolog
dan dosen di Fakultas
Psikologi Universitas
Kristen Maranatha
Bandung, dalam acara
Media Workshop 'Kenali
Potensi, Karakter dan
Gaya Belajar Anak Melalui
Sidik Jari Cerdas Frisian
Flag' di Balai Kartini,
Jakarta, Kamis (27/5/2010).
Efnie menuturkan analisa
sidik jari lebih bersifat
analisis prediktif dalam
kaitan dengan potensi
bakat yang dimiliki
seseorang dan
pengembangannya di
masa mendatang.
Analisa sidik jari juga
bukan alat vonis, alat
ukur kecerdasan, maupun
alat pembanding. Metode
analisa sidik jari hanyalah
menginterpretasikan
distribusi potensi dalam
dirinya sendiri, sementara
pencapaian hasil
kemampuan kecerdasan
seseorang dipengaruhi
oleh usaha atau ikhtiar
yang dilakukan diri
sendiri.
Metode ini menggunakan
data biomedik, sidik jari
yang permanen, sehingga
bersifat sekali seumur
hidup.
Namun demikian,
pengembangan metode
pengukuran dan
interpretasi penilaian
terkait dengan
perkembangan ilmu saraf
dan ilmu psikologi,
menjadikan metode
analisa sidik jari bersifat
dinamis (updating).
Para ahli di bidang ilmu
dermatoglyphics (ilmu
yang mempelajari pola
sidik jari) dan kalangan
neuro-anatomi
(kedokteran-anatomi
tubuh) telah menemukan
fakta penelitian bahwa
pola sidik jari bersifat
genetis, dan telah muncul
ketika janin dalam
kandungan, mulai dari
usia 13 minggu dan
lengkap pada usia 24
minggu.
Pola guratan-guratan kulit
pada sidik jari, yang
dikenal sebagai garis
epidermal, ternyata
memiliki keterkaitan
dengan sistem hormon
pertumbuhan sel pada
otak (Nerve Growth
Factor atau NGF) yang
sama dengan faktor garis
epidermal (Epidermal
Growth Factor atau EGF).
Karena itulah, sangat
wajar bila ternyata bukti
ilmiah menyebutkan
adanya korelasi lahiriah
antara sidik jari dengan
kualitas, bakat, dan gaya
belajar seseorang.
"Setiap anak adalah
individu unik yang
berbeda. Tidak ada satu
pun manusia yang
memiliki pola sidik jari
yang sama," tambah
psikolog Efnie.
Bayi yang baru lahir
sudah memiliki pola sidik
jari yang jelas, karena
memang pola sidik jari
terbentuk sejak dalam
kandungan. Analisa sidik
jari bisa dilakukan pada
anak sejak dini, sekitar
usia 3 sampai 6 bulan.
Semakin dini potensi
bakat, karakter dan gaya
belajar anak diketahui
oleh orangtua, maka
orangtua dapat
memberikan stimulasi
atau rangsangan yang
sesuai untuk tumbuh
kembang serta minat
anak dengan optimal.
"Secara umum faktor
tumbuh kembang anak
dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaitu genetika,
lingkungan berupa
stimulus atau rangsangan
dan nutrisi," ujar Dr Dwi
Puto Widodo, SpA(K), ahli
neurologi anak dari RSCM.
Menurut Dr Dwi, faktor
genetika hanya
berpengaruh pada
kecerdasan otak sebesar
40 persen, sedangkan 60
persen lainnya
dipengaruhi oleh stimulus
atau rangsangan dan
nutrisi yang diberikan.
Dengan mengetahui
potensi bakat, karakter
dan gaya belajar anak
sejak dini melalui analisa
sidik jari, orangtua bisa
mengoptimalkan
perkembangan dan
kecerdasan anaknya.
Metode analisa sidik jari
ini bisa digunakan untuk
menginterpretasikan
beberapa kemampuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui
karakteristik seseorang
dalam belajar, bekerja,
berkomunikasi dan
beradaptasi
2. Mengetahui potensi
bakat (talent)
seseorang
3. Mengetahui gaya
berpikir, gaya belajar,
gaya bekerja dan pola
manajemen yang
diterapkan
4. Mengetahui
kecenderungan potensi
tekanan stres dalam
menghadapi tantangan
5. Mengetahui
kecenderungan
karakter atau
temperamen seseorang
6. Mengetahui dorongan
atau hasrat seseorang
dalam diri berdasarkan
karakteristik gaya
penyerapan informasi
dan ekspresi
pengolahan informasi
Dan tujuannya adalah
sebagai berikut:
1. Merumuskan cita-cita
yang sesuai dengan
potensinya
2. Menggunakan gaya
belajar yang efektif
3. Mengembangkan
potensi bakat yang
dominan agar bisa
prestatif
4. Mengembangkan
potensi kepribadian
sehingga dapat
berkomunikasi dan
beradaptasi dengan
siapapun dan dalam
kondisi apapun
5. Menganalisis potensi
kekurangan atau
kelemahan pada dirinya
serta
memanajemenisasi
kelemahan tersebut
dalam bentuk strategi
yang efektif.

Tidak ada komentar:

Cara Aktivasi Windows 10 Permanen GRATIS (100% Work)

  Cara Aktivasi Windows 10 Permanen GRATIS (100% Work) Windows 10 merupakan sistem operasi keluaran Microsoft yang saat ini paling banyak di...