Liputan6.com, Jakarta:
Bersih acap identik
dengan higienis dan
sehat. Tapi ternyata,
terlalu bersih malah
mungkin memberikan
dampak yang berbahaya
pada kesehatan. Kok
begitu? Mengeliminasi
bakteri jahat dan
menyelamatkan bakteri
baik adalah solusi paling
tepat dalam kebersihan.
Simak contohnya.
Bisa jadi, seorang ibu
sering terlalu bersemangat
dalam menciptakan
lingkungan rumah yang
bersih dan bebas dari
kuman serta penyakit.
Namun faktanya adalah,
ketika menggunakan
produk pembersih anti-
bakteri untuk membunuh
semua bakteri berbahaya,
sepertiga bakteri yang
justru penting bagi
kesehatan kulit malah ikut
binasa.
Stuart B. Levy, M.D.,
direktur the Center for
Adaptation Genetics and
Drug Resistance dari Tuft
University School of
Medicine di Boston,
Amerika Serikat,
menyarankan agar selalu
terbiasa membersihkan
diri setiap selesai
beraktivitas. Tujuannya
untuk memperkecil
kontak langsung dengan
mikroba dan kotoran,
terutama sebelum makan.
Tapi itu tak berarti
pembersihan diri
dilakukan setiap 5-10
menit sekali.
Ada kalanya punya
beberapa orang sangat
terobsesi pada kebersihan
dan berusaha untuk
mensterilkan semua
benda di sekitar dengan
produk-produk
kebersihan. Saking
bersemangatnya,
pembersih dengan label
antibakteri, seperti
triclosan, jadi idola.
Padahal, triclosan adalah
bisa menjadi pemicu
terciptanya superbug,
yaitu bakteri yang sudah
mengalami banyak sekali
perubahan sehingga
membuatnya tidak
mempan lagi dibunuh
oleh apapun.
Dalam studi yang
dilakukan di Tuft
University, Dr. Levy
menemukan lima jenis
E.coli yang kebal terhadap
triclosan. Pada dasarnya,
triclosan akan
melenyapkan hampir 95
persen bakteri normal.
Tapi beberapa bakteri
yang lain akan bermutasi
dan berbalik melawan
triclosan. Mungkin jumlah
mutasi per generasi
sangat kecil, namun
reproduksi mereka sangat
cepat. Jadi bisa dikatakan
mereka mampu
melakukan banyak mutasi
dalam waktu yang singkat.
Setiap lima persen
populasi yang “selamat”
dari triclosan akan
menjadi bakteri-bakteri
yang semakin kuat dan
tahan terhadap paparan
zat kimia. Dan ketika
mereka sudah sampai
pada tahap tahan
terhadap antibiotik,
mereka mewujud sebagai
superbug.
Label antibakteri pada
sebagian besar produk
sabun dan pembersih
yang ada di dapur serta
kamar mandi adalah
santapan konsumsi
kebutuhan sehari-hari.
Namun sekali lagi,
penggunaan secara besar-
besaran juga tidak
langsung menjamin
antibakteri tersebut
bekerja dengan efektif.
Dr. Levy menyarankan
produk-produk antibakteri
seharusnya dibutuhkan di
rumah sakit dan rumah
yang penghuninya
memiliki sistem imunitas
yang rendah. Jadi, untuk
menjaga agar tetap bersih
dan terhindar dari
serangan superbug,
cucilah tangan dengan
menggunakan sabun
tradisional dan air selama
15-30 detik saja. Itu saja.
( www.preventionindonesia.com/
EPN)
ads
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Cara Aktivasi Windows 10 Permanen GRATIS (100% Work)
Cara Aktivasi Windows 10 Permanen GRATIS (100% Work) Windows 10 merupakan sistem operasi keluaran Microsoft yang saat ini paling banyak di...
-
Apa itu Adsterra? Adsterra adalah jaringan iklan global yang menawarkan solusi monetisasi untuk pemilik website, aplikasi, dan penerbit kont...
-
Color blindness, also known as color vision deficiency, is a condition where a person has difficulty distinguishing between certain colors. ...
-
Seiring bertambahnya usia, banyak orang mulai mengalami perubahan pada penglihatan mereka, terutama kesulitan untuk melihat benda-benda yang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar