Kamis, 30 Oktober 2014

Jembatan Lengkung Baja Palu

1309871938219896519 
Pesona Jembatan Kota Palu
Banyak hal unik yang ditawarkan dari wisata Kota Palu, kota yang menjadi Ibukota salah satu dari 6 Propinsi di Pulau Sulawesi, yaitu Propinsi Sulawasi Tengah. Sebagai ibu kota Propinsi tentunya harus memiliki bangunan atau arsitek yang memberikan nuansa berbeda atau dengan  kota-kota yang lain. Inilah yang dapat kita lihat di Kota Palu sejak didirikannya jembatan Palu 4 pada bulan mei 2006, di mana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mersemikan langsung jembatan unik ini. Tak kalah dari jembatan Ampera di Palembang Sumatera Selatan maupun Jembatan Suramadu di Jawa Timur, jembatan ini memiliki ciri khas warna kuning dengan dua Lengkungan. Konstruksi jembatan ini dinamakan konstruksi cable stayed single plane With box girder. menggunakan sistem busur, dengan lebar 2 x 3,5 m. Jembatan cable stayed merupakan jembatan yang terdiri dari 1 atau lebih kolom (Pylon) yang menopangnya, dengan kabel sebagai penopang terhadap deck jembatan. (matsuo bridge.co.jp/2006).
1309872320605140292
                                        Posisi jembatan dari depan jalan
Dengan keberadaan jembatan ini, teluk palu lebih terwarnai dan menjadi menarik. Sebuah kebanggaan warga Kota Palu secara khusus dan warga Sulawesi Tengah umumnya mengingat jembatan itu merupakan jembatan lengkung pertama di Indonesia, dan ketiga di dunia setelah Jepang dan Prancis.
Keberadaan Jembatan Palu 4 menambah indahnya pemandangan Teluk Palu di malam hari. Apalagi kalau sedang berada di atas jembatan dan melihat ke langit ketika ada pesawat melintasi Teluk Palu, suasananya begitu menyenangkan ditambah lagi dari atas jembatan terlihat jelas gambaran teluk yang ditandai dengan sinar-sinar lampu penerang. Lampu-lampu perahu nelayan bergerak-gerak di tengah teluk karena diempas gelombang terlihat begitu indah.
Bagi masyarakat yang bermukim di Palu, keberadaan Jembatan Palu 4 mungkin dinilai biasa saja, karena sering dilintasi dan dilihat setiap hari. Tetapi, bagi mereka yang baru sekali menginjakkan kaki di Kota Palu, jembatan Palu 4 adalah sebuah posisi yang menggambarkan Palu dalam matra tiga dimensi. Kota pegunungan, kota laut, dan juga kota lembah. Sangat jarang kota-kota lain di Indonesia seindah ini posisi ibukota provinsinya.
13098726051942478371
Pemandangan Kota Palu di malam hari
Diolah dari berbagai sumber
Salam Kompasiana

Pelabuhan Laut Pantoloan


 PELABUHAN PANTOLOAN
Keindahan Panorama Teluk Palu
Wisatawan yang akan masuk ke Provinsi Sulawesi Tengah menggunakan jalur laut akan berlabuh di Pelabuhan Pantoloan. Pelabuhan ini berjarak sekitar 22 km dari Kota Palu.
Pemandangan indah bisa anda nikmati ketika kapal memasuki Teluk Palu. Anda bisa naik ke anjungan di haluan sebelah kanan kapal. Akan tampak dikejauhan hamparan pasir putih sebuah pantai. Yah, itulah Pantai Tanjung Karang di Kabupaten Donggala. Gugusan pegunungan, riak ombak serta hembusan angin telah menyambut anda ketika kapal bergerak memasuki Teluk Palu dan semakin mendekat untuk bersandar di Pelabuhan Pantoloan.
 
Gedung Terminal Pelabuhan dan Halaman Parkir
Jarak dari kapal yang anda naiki ke gedung terminal pelabuhan cukup lumayan jauh. Tapi anda jangan khawatir karena para porter telah siap menawarkan jasa untuk mengangkut semua barang bawaan anda hingga ke tempat parkir kendaraan. Petugas informasi di gedung terminal pelabuhan dengan senang hati akan memberikan informasi tentang transportasi yang bisa anda gunakan untuk melanjutkan perjalanan anda dari Pelabuhan Pantoloan menuju Kota Palu.
Selamat datang di Kota Palu...


Rabu, 29 Oktober 2014

Sejarah Alun Alun Tugu Kota Malang

Siapa sih warga Malang yang tidak tahu letak alun-alun Tugu, Ngalamers? Semuanya bahkan para pendatang pasti tahu dimana letak alun-alun Tugu karena memang tempat ini sudah menjadi icon dari Kota Malang. Hal ini juga ditunjang oleh sekeliling alun-alun yang menjadi tempat berdirinya tempat-tempat penting, seperti Balaikota, Gedung DPRD Malang, sekolah SMA Tugu, hingga Hotel Tugu.
Alun-alun Tugu saat malam hari

Alun-alun Tugu atau yang juga biasa disebut dengan alun-alun bundar ini memang terkenal indah. Rumput serta tanaman yang tertata rapi menjadikan alun-alun Tugu sebagai jujugan warga yang ingin melepas lelah sembari memandang kolam yang dihiasi bunga teratai. Keindahan alun-alun Tugu semakin mempesona saat malam tiba. Tugu berwarna hitam yang berdiri kokoh akan dibanjiri oleh sinar lampu berwarna-warni yang semakin memperindah keberadan tugu tersebut. Apalagi terkadang air mancurnya juga dinyalakan. Wah, Ngalamers pasti akan betah berlama-lama disini.

Apakah pernah terlintas di pikiran Ngalamers, bagaimana ceritanya ya kok alun-alun Tugu ini bisa berdiri? HaloMalang akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Silahkan disimak :)

Menurut Media Center Kendedes, taman cikal bakal alun-alun Tugu dibangun oleh Gubernur Pemerintah Hindia Belanda pada masa pemerintahan Guberbur Jenderal Jaan Pieter Zoen Coen. Pada waktu itu model taman ini masihlah sederhana berupa taman terbuka tanpa ada tugu dan tanpa dibatasi pagar. Taman ini dibangun sebagai pelengkap halaman gedung Kegubernuran Hindia Belanda.
Cikal bakal alun-alun Tugu

Kemudian, setahun setelah kemerdekaan Indonesia hasil KMB di Den Haag tepatnya 17 Agustus 1946, masyarakat Malang mendesak untuk merubah struktur pemerintahan daerahnya dengan menjadikan orang Indonesia sebagai pimpinannya. Pada saat itu pula diletakkan batu pertama pertanda dibangunnya Monumen Tugu yang ditandangani oleh Mr. Soekarno dan A.G. Suroto.

Namun sayangnya, monumen Tugu sempat dihancurkan Belanda pada saat Agresi Militer Belanda I tahun 1948. Belanda menghancurkan monumen Tugu sebagai bentuk kekesalan Belanda atas kegigihan arek-arek Malang. Pada tahun 1953 monumen Tugu dibangun kembali oleh pemerintah Malang dan diresmikan (lagi) oleh Presiden RI pada waktu itu, Ir. Soekarno.
Diresmikan oleh Soekarno

Alun-alun Tugu juga ternyata tidak dibuat dengan asal-asalan, Ngalamers. Monumen Tugu yang berada di tengah melambangkan pusat untuk kelima penjuru arah, dimana arah yang lebih diutamakan adalah yang menuju Gedung Balaikota. Sedangkan keempat arah lainnya mewakili jalan raya yang berada di luar lingkaran taman ini.

Bentuk monumen Tugu juga memiliki arti tersendiri. Puncak monumen Tugu berbentuk bambu tajam yang berarti bahwa senjata inilah yang pertama kali digunakan bangsa Indonesia untuk melawan penjajah. Ada juga rantai yang menggambarkan kesatuan rakyat Indonesia yang menyatu dan tidak dapat dipisahkan.
Puncak Tugu

Makna lainnya juga terletak pada tangga yang berbentuk 4 dan 5 sudut, bintang yang mempunyai 8 tingkat dan 17 pondasi. Jika digabungkan maka hal ini melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia yaitu 17 Agustus 1945. Sementara itu, bunga teratai berwarna putih dan merah yang berada di kolam sekeliling Tugu melambangkan keberanian dan kesucian. Hal ini sesuai dengan warna bendera Indonesia.

Wah ternyata alun-alun Tugu dibangun dengan penuh makna ya Ngalamers. Jadi ketika Ngalamers melintas di kawasan alun-alun Tugu ingatlah akan jasa para pahlawan pendahulu kita ya :)

Alun Alun Tugu Kota Malang

Alun-alun Tugu
Alun-Alun Tugu Kota Malang sering juga disebut sebagai Alun-alun Bundar karena memang berbentuk lingkaran. Dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda, alun-alun ini memiliki sebuah tugu yang berdiri kokoh. Tugu yang menjadi kebanggaan Kota Malang ini dulunya merupakan Taman Gubernur Jendral Hindia Belanda J.P. Zoen Coen.

Dikelilingi oleh taman berbunga yang sangat indah serta beberapa pohon Trembesi, tepat di bawah tugu terdapat kolam yang penuh dengan bunga teratai yang selalu mekar. Tepat terletak di depan gedung Balai Kota Malang, Alun-Alun Bundar ini kerap menjadi lokasi untuk sesi foto pra-wedding. Tidak heran memang karena keindahan taman alun-alun Tugu ini memang begitu mempesona.

Meskipun terletak di tengah kota yang seharusnya di penuhi dengan polusi, tetapi udara segar khas Kota Malang tetap bisa Ngalamers rasakan. Selain terletak tepat di depan Kantor Balai Kota, Alun-Alun Tugu Kota Malang juga terletak dekat dengan beberapa sekolah menengah atas seperti SMA 1 dan SMA 4, kantor DPRD Kota Malang, Hotel Tugu, serta stasiun kereta api kota Malang. Ngalamers juga tidak akan butuh waktu lama untuk menuju beberapa pusat perbelanjaan seperti Ramayana, Mitra, Gajahmada, Sarinah, Malang Plaza, atau Matahari Department Store. Selain itu, Ngalamers hanya perlu untuk berjalan 5 menit untuk sampai di pasar hewan dan pasar bunga.

Waktu paling pas untuk datang ke alun-alun ini adalah pada pagi atau sore hari dimana sering terdapat banyak orang melakukan aktivitas olahraga. Jika malam hari alun-alun tugu akan disinari berbagai macam warna lampu yang semakin menambah keindahan alun-alun ini.

7 Manfaat Konsumsi Buah pada Usia Lanjut

Penuaan adalah bagian alami dari kehidupan, tetapi kita dapat memperlambat proses tersebut dengan gaya hidup sehat, termasuk pola makan yang...