Tuesday, July 30, 2013

Benteng Ujung Pandang - Fort Rotterdam

Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam) adalah benteng tua kolonial Belanda di Makassar, menghadap ke pelabuhan. Ini merupakan salah satu obyek wisata utama di Makassar. Benteng dibangun oleh Belanda saat mempertahankan diri sekitar tahun 1667 tetapi struktur pertama benteng dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Tunipalangga dengan bangunan sederhana berupa dinding yang terbuet dari tanah. Laksamana Cornelis Speelman sependapat pada tahun 1667 dan menamai benteng ini seperti nama kota kelahirannya, Rotterdam. Tidak lama kemudian benteng ini dibangun kembali dengan tinggi 6 meter dan tebal dinding 2 meter, yang di dalamnya terdapat perumahan Belanda dan gereja. Benteng ini menjadi pusat kekuasaan kolonial Belanda di Pulau Sulawesi. Fort Rotterdam memiliki fungsi sebagai benteng pertahanan Belanda sampai 1937. Pada 1970-an benteng ini dikembalikan dan di ganti namanya menjadi Fort (Benteng) Ujung Pandang, Benteng ini merupakan salah satu bangunan Belanda yang dipelihara dengan baik di Indonesia. Benteng ini terdiri dari lima menara, empat menara berada di setiap sudutnya dan satu di pintu masuk utama. Di dalamnya terdapat tiga belas bangunan, sebelas dibuat oleh Belanda dan dua dibangun oleh Jepang. Bangunan tertua ini dibangun pada tahun 1686 dan laksamana menyetujui bagian benteng ini disebut rumah Speelman, meskipun ia tidak pernah benar-benar tinggal di rumah itu. Rumah itu digunakan oleh gubernur Belanda hingga pertengahan abad ke 19. Namun sekarang bangunan benteng ini menjadi sebuah museum,dan struktur lain digunakan sebagai tempat tidur bagi petugas, penjara atau gudang. Salah satu pemimpin perang Jawa (1825-1830), Pahlawan Nasional Indonesia Pangeran Diponegoro, dipenjarakan di sini selama 26 tahun sampai wafat pada tahun 1855. Benteng ini buka setiap hari dari pukul 08:00 sampai jam 18:00. Tiket masuk gratis namun ada dana sumbangan sekitar, Rp. 10.000 namun untuk Museumnya hanya dibuka Selasa sampai Minggu di pagi hari dari jam 08:00 sampai 12:30 dengan tiket masuk sekitar Rp 7500

Pantai Tanjung Karang

Seperti namanya pantai ini sarat dengan terumbu karang. Tanjung Karang berada di teluk Palu, yang masuk kedalam wilayah Kota Donggala. Pantai Tanjung Karang menjadi obyak wisata favorit bagi warga Palu. Tanjung Karang berjarak sekitar 40 kilo meter dari pusat Kota Palu, dengan adanya jalan Trans Sulawesi yang beraspal mulus akan memudahkan para wisatawan untuk menuju kawasan. Tanjung Karang yang sangat indah di nikmati pada malam hari sebab lampu penerang aneka warna dari kejauhan berkelap-kelip, selain sinar Mercusuar yang dibangun oleh Departemen Perhubungan di sudut tanjung ini. Pantai Tanjung Karang tidak cocok untuk area surfing karena pantai Tanjung Karang memiliki ombak yang tenang dan bersahabat serta berpasir putih. Bagi pecinta diving dan snorkeling kawasan ini sangat cocok karena airnya yang sangat jernih dan Tanjung karang dikenal kaya akan terumbu karang. Selain itu wisatawan dapat menikmati pemandangan terbuka di Teluk Palu dan Selat Makassar dengan kesibukan kapal yang keluar masuk Pelabuhan Pantoloan serta perahu nelayan di teluk Palu. Rute di Tanjung Karang juga melibatkan atol di pusat laut, kawasan pantai yang berhadapan langsung dengan perairan Selat Makassar dengan jarak sekitar 11 kilometer. Pulau Karang tersebut akan muncul di tengah laut sekitar pukul 16.00 yang bertahan hingga beberapa jam. Bila tidak membawa peralatan snookeling, kamu dapat menyewanya dengan tarif Rp 10.000. kamu bisa menikmati terumbu karang yang hanya berjarak sekitar satu kilo meter dari bibir pantai. Di sini juga menyediakan scuba diving atau perahu yang dirancang khusus untuk melihat keindahan terumbu karang dengan tarif Rp. 50.000 per rombongan. Dengan rute perahu meliputi Anchor Reef, Natural Reef, Green Wall, Irmis Block, Alex Point dan Rocky Point yang berjarak 500 meter. Terdapat pula gugusan terumbu karang yang terbentuk dari reruntuhan kerangka kapal perang di kedalaman 40 meter yang terletak sekitar 2 kilometer arah selatan Tanjung Karang ke arah Pelabuhan Donggala.

Monday, July 29, 2013

Festival Teluk Palu 2013

MENUJU FESTIVAL
TELUK PALU 2013
Sebagai ibukota Provinsi Sulawesi
Tengah, Kota Palu dalam satu
dekade terakhir berusaha untuk
menjadi barometer bagi
pertumbuhan serta perkembangan
kebudayaan dan pariwisata.
Dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir berbagai event
kebudayaan dan pariwisata
dilaksanakan di kota ini baik yang
berskala lokal maupun nasional.
Resonansi pertumbuhan dan
perkembangan kebudayaan
ini berusaha untuk diteruskan ke
wilayah lainnya di Sulawesi
Tengah.
Sejak berabad-abad lampau Pulau
Sulawesi telah menjadi locus
pertemuan berbagai peradaban di
dunia. Proses transkulturasi ini
masih terus berlangsung sampai
saat ini, yang menjadikan pulau
ini tidak hanya memiliki keunikan,
karakteristik serta keindahan
geografis dan keaneka-ragaman
hayati tetapi juga kaya akan
keberagaman kultural
Kota Palu secara geografis
memiliki posisi strategis menjadi
jalur bagi persilangan budaya di
pulau ini.
Posisi strategis inilah yang
menjadi dasar bagi tawaran
gagasan bagi upaya bersama
meretas kembali
sejarah kebudayaan pulau
sulawesi dalam sebuah
event pariwisata dan kebudayaan
yang bertajuk
Festival Teluk Palu 2013

Tempat nongkrong teluk palu
Paralayang dengan view teluk palu
Jetski
night di pantai talise
Jembatan IV Talise

Langkah Sehat Lansia: Menuju 10.000 Langkah Harian

Hari ini, kita akan membahas sebuah topik yang sangat penting bagi kesehatan, terutama bagi para lansia. Kita sering mendengar anjuran untuk...